Mampukah David Moyes Mengalahkan Goliath di Allianz Arena Nanti !

Rabu, 09 April 2014

David Moyes dan Pep Guardiola (REUTERS/Stefan Wermuth).

Beritaklik.Com - Peluit panjang ditiupkan, publik Old Trafford patut bersorak mampu menahan imbang sang juara bertahan Bayern Munich 1-1, pekan lalu. Asa menembus semifinal Liga Champions sekaligus membungkam kritik semakin tebal.

Perjalanan Manchester United musim ini memang begitu mengecewakan. KO di sejumlah turnamen lokal dan juga tercecer di Premier League. Pergantian tongkat estafet dari Sir Alex Ferguson menuju David Moyes berjalan kurang mulus.

Moyes seperti belum bisa mengendalikan ruang ganti "Setan Merah" yang dipenuhi pemain-pemain tenar sarat ego. Sebut saja Wayne Rooney, Robin van Persie, Luis Nani, Rio Ferdinand, sampai yang terakhir Juan Mata.

Saat Moyes kesulitan di klub barunya, berbeda dengan Pep Guardiola yang langsung merasakan rasa manis di awal karirnya bersama Bayern Munich. Gelar juara Bundesliga sudah diraih Pep.

Kemenangan demi kemenangan, skor demi skor besar, membuat Bayern era Guardiola bak "Si Bully dari Bavaria". Terbukti, taktik pria Spanyol ini tak kalah moncer dari sang pendahulu, Jupp Heynckes.

Menapaki babak perempat final, Bayern tetap dominan. Arsenal disingkirkan tanpa perlawanan berarti di babak 16 besar. Tentu, saat bola undian menunjukkan MU kontra Bayern, sang wakil Inggris lah yang patut cemas.

Perjalanan roller coaster harus dilakoni suporter MU. Kekecewaan demi kekecewaan terus dituai. Namun, keadaan mulai berubah saat memasuki sepertiga akhir musim. Penampilan stabil mampu ditunjukan The Moyes Babe's.

Dari tujuh pertandingan terakhir, MU berhasil menang lima kali. Lalu, baru satu kali menelan kekalahan di kancah Eropa sejauh ini, sekaligus menjadi klub pertama yang berhasil tidak kalah dari Bayern di kandang sendiri.

Berita terakhir juga tentu menjadi suntikan besar bagi skuad MU. Pada latihan hari Selasa, 8 April 2014, Rooney sudah terlihat kembali berlatih. Pemilik nomor punggung 10 itu masih menjadi roh permainan "Setan Merah", apalagi saat RvP absen.

Memori indah final Liga Champions 1999 antara MU melawan Bayern pun jadi lecutan semangat lebih. Kala itu, posisinya hampir mirip. Sang wakil Inggris berstatus underdog, sementara si wakil Jerman lebih diunggulkan.

Namun, dua gol menit akhir mengubah segalanya. David De Gea berharap hal itu bisa terulang saat MU menghadapi Bayern Munich di Allianz Arena, Rabu 9 April 2014 (Kamis dini hari WIB). "Si Culun" pun mulai yakin bisa menjegal sang lawan.

"Saya baru berusia 8 tahun saat itu. Namun, saya sudah menonton itu ribuan kali. Itu luar biasa. Itu sesuatu yang mungkin tak bisa diulang, mengubah hasil pertandingan hanya dalam waktu singkat," kata De Gea seperti dilansir Sky Sports.

"Kami memiliki kesempatan di sana (Allianz Arena). Kedua tim masih memiliki peluang sama. Segalanya masih terbuka dan kami akan berjuang sampai akhir. Tim kami memiliki harapan besar meraih kemenangan. Orang-orang mungkin berpikir Bayern akan melaju dengan mudah. Namun, kami akan menunjukkan penampilan gemilang," lanjutnya bertekad.

Bayern Salah Tingkah?

Melihat rasa percaya diri sang lawan naik, pantas saja kalau pelatih kawakan macam Pep khawatir. Pelatih yang membawa Barcelona kembali ke masa kejayaan itu sudah pernah disulitkan oleh tim-tim yang PD nya sedang tinggi.

Guardiola bahkan tampak was-was dengan kemungkinan akan adanya drama adu penalti di Allianz Arena nanti. Hal itu tentu sangat dimaklumi mengingat saat ini Bayern punya stok algojo penalti terbatas. Adu penalti dinilai Guardiola tak terlalu menguntungkan bagi skuadnya.

Pada laga leg 2, Guardiola tak dapat menurunkan beberapa pemain kunci macam Bastian Schweinsteiger, Javi Martinez dan Thiago Alcantara. Padahal, tiga pemain ini dianggap punya kemampuan untuk beradu mental dengan kiper MU.

"Penalti tak terlalu mementingkan teknik dan lebih pada keberanian. Semua ditentukan lewat kepala," kata Guardiola dilansir Soccerway. "Kami hanya punya 14 pemain di tim utama, jadi saya tidak mempunyai banyak pilihan."

"Saya rasa mereka akan turun terlalu dalam. Mereka bermain sangat bertahan dan selalu ingin melakukan serangan balik. Itu suatu hal yang dengan bagus telah mereka lakukan."

"Tidak akan pernah mudah melawan tim-tim Inggris, dan MU tim besar. Sebelum pertandingan pertama, semua orang membicarakan Bayern, tapi sekarang orang tahu bahwa MU dapat menang di Munich," lanjutnya saat jumpa pers.

Bukan hanya sang pelatih yang agak khawatir. Die Bavarians juga terlihat sedikit panik. Komentar psywar mereka mainkan. Merusak konsentrasi lawan bisa menjadi obat ampuh agar rekor mereka di kandang sendiri tidak berlanjut (kalah 2-3 dari Manchester City dan ditahan 1-1 oleh Arsenal).

"Kami semua tak sabar untuk melakoni pertandingan-pertandingan seperti ini. Kami akan benar-benar menunjukan determinasi pada laga nanti agar bisa menembus semifinal," ujar kapten Bayern, Philipp Lahm, sebagaimana dilansir Mirror, Selasa 8 April 2014.

"Dan kami akan melakukan apa yang selalu kami lakukan. Lewat penguasaan bola, kami tak akan membiarkan apapun terjadi di gawang kami," sambung pemain yang telah mempersembahkan 6 gelar Bundesliga dan 5 DFB-Pokal bagi Bayern tersebut.

Dalam kesempatan tersebut, Lahm juga mengatakan pihaknya telah mempelajari kesalahan yang dilakukan timnya, hingga kebobolan lewat bola mati. Dia pun yakin, kesalahan serupa tak akan terjadi lagi saat berada dalam situasi semacam itu.

"Kami telah berbicara tentang kebobolan yang terjadi di Manchester. Sebagai tim, kami sangat baik dalam melakukan zonal marking. Jadi, tentu kami sudah berbicara tentang ini dan berlatih selama sepekan. Saat itu, MU hanya punya satu kesempatan," tutur Lahm.

Peluang Atletico Lukai Barcelona

Di tanah Spanyol, pertandingan tak kalah bergengsi akan kembali bergulir. Atletico Madrid berkesempatan besar menyingkirkan Barcelona dari kancah turnamen paling bergengsi sepabola Eropa ini.

Saat ini, catatan rekor Barca saat menghadapi Atletico memang tidak bagus. Jagoan Catalan itu belum pernah menang sama sekali dari lawannya dari ibukota tersebut, terakhir ditahan imbang 1-1 pada leg 1 babak 8 besar Liga Champions, pekan lalu.

Masalah luar lapangan yang menerpa Barcelona seakan tidak berhenti sepanjang tahun ini. Prestasi di atas lapangan pun menjadi satu-satunya pelipur lara.

Namun, itu juga dalam ancaman karena Atletico berpeluang besar mendepak Barca. Apalagi, Los Rojiblancos ingin memperbaiki catatan sejarah di Eropa, untuk pertama kali menapaki semifinal.

"Kunci pertandingan nanti adalah konsentrasi selama 90 menit. Tidak mudah menghentikan permain seperti mereka. Kami akan coba untuk sekonsentrasi mungkin. Kami tidak mengincar hasil imbang," ujar kapten Atletico, Gabi.

Namun, keinginan menang Atletico terganjal suatu masalah karena striker utama Diego Costa mengalami cedera paha. Kondisinya sampai saat ini masih tanda tanya.

Diego Simeone pun tidak berbohong sangat berharap Costa main lawan Barca. Menurutnya, bombernya itu bak Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo di timnya masing-masing.

"Jika Diego Costa fit, dia main. Jika dia tidak 100 persen, dia di bangku cadangan. Jika sebaliknya, dia tidak main," tutur Simeone.

Jika Atletico andalkan Costa, maka Barcelona menumpukan harapan kepada bintang muda asal Brasil, Neymar. Pria yang menyelamatkan wajah Azulgranas di Camp Nou, pekan lalu, itu diharapkan kembali menunjukkan tajinya.

"Neymar bisa membuat perbedaan untuk kami," ujar gelandang Barca, Xavi, dikutip AS.

"Ia mencetak gol penyama kedudukan di leg 1 melawan Atletico. Dan ia akan menjadi pemain penting lagi di leg 2 pada Rabu besok."

Xavi menganggap Diego Costa sebagai pemain paling penting Atletico. Namun, striker timnas Spanyol kelahiran Brasil itu diragukan bisa tampil di pertandingan nanti akibat cedera hamstring.

"Diego Costa pemain vital untuk mereka. Ia memancing pelanggaran, membuat centre-back bekerja keras, cepat dan berlari sepanjang pertandingan," ujar Xavi lagi. "Ia pemain kunci buat mereka. Ketidakhadirannya juga akan terasa penting." Sumber : ViVa.co.id (Bki)


Keterangan Foto : David Moyes dan Pep Guardiola (REUTERS/Stefan Wermuth).