Runtuhnya Hegemoni Barca-Madrid

Ahad, 18 Mei 2014

Selebrasi gol Diego Godin usai membobol gawang Barcelona yang membuahkan gelar La Liga untuk Atletico Madrid (Foto: REUTERS)

Beritaklik.Com - SATU dekade sudah kompetisi kasta tertinggi sepakbola Spanyol, La Liga, didominasi oleh dua klub. Real Madrid dan Barcelona seakan tidak punya lawan, lantaran hanya mereka lah juaranya.

Sejak terakhir kali Valencia jadi kampiun La Liga pada musim 2003/2004, La Liga memang membosankan. Bayangkan, setiap musimnya kita hanya disuguhkan persaingan antara dua kesebelasan, Madrid dan Barca.

Ya, dominasi dua tim ini tidak mampu digoyang 18 tim lain yang ikut kompetisi. Memang, dominasi mereka ini tidak lepas dari sokongan dana yang mumpuni dari para investornya.

Bayangkan, di saat tim-tim lain sibuk membangun skuad dari tim junior atau merekrut pemain semenjana, Madrid dan Barca dengan leluasa menggelontorkan dana puluhan bahkan ratusan juta euro demi mengumpulkan pemain-pemain terbaik di kolong langit.

Jadi, bisa dimaklumi apabila kompetisi La Liga menjadi milik mereka. Dalam sembilan musim setelah Rafael Benitez membawa Valencia juara, Madrid dan Barca menggelar arisan juara. Enam titel menjadi milik Barca, sedangkan tiga sisanya didapat Los Blancos.

Dan di awal musim ini, kedua tim tersebut kembali menjalankan ritualnya dengan mengumpulkan pemain terbaik dunia. Barca merekrut Neymar da Silva Jr dengan mahar yang dipercaya mencapai 90 juta euro. Sementara Madrid mengucurkan dana sekira 100 juta euro untuk menjadikan Gareth Bale sebagai pemain termahal di dunia.

Dengan tambahan tersebut, dan ditambah pemain bintang lain yang sudah ada, banyak kalangan memprediksi kedua tim ini akan kembali jadi favorit utama juara. Namun, ternyata uang tidak selamanya memegang kendali.

Atletico Madrid datang untuk menghancurkan mitos La Liga hanya milik Barca dan Madrid. Bermodalkan skuad yang bisa dibilang 'kelas dua', sang entrenador, Diego Simeone mampu memolesnya dengan permainan kelas satu.

Nama-nama yang sebelumnya asing terdengar, berhasil dibuatnya jadi tenar. Diego Costa, Jorge Resurreccion Merodio atau Koke, dan Thibaut Courtois kini menjelma sebagai pemain yang sangat dikenal. Nilai jual mereka bahkan disinyalir bakal melambung tinggi.

Kecerdasan Simeone dalam meracik skuad memang patut diacungi jempol. Pria Argentina yang juga sempat membawa Atletico Madrid juara La Liga pada 1995/1996 berhasil menularkan semangat juang pantang menyerah yang jadi trademark-nya ketika masih sebagai pemain, ke dalam permainan Atletico sepanjang musim ini.

Kembali ke Liga, Atletico memang pantas jadi juara di musim ini. Konsistensi yang mereka tunjukkan, jauh mengungguli Madrid dan Barcelona. Mau bukti? Atletico menjalani paruh pertama musim ini dengan hanya tiga kali gagal mengakhiri laga dengan kemenangan.

Dari 19 laga yang dilakoni, Atletico hanya sekali kalah (dari Espanyol) dan dua kali imbang (lawan Villarreal dan Barcelona). Sisanya, sebanyak 16 laga berakhir dengan kemenangan.

Tampil sebagai juara di paruh musim, belum banyak yang yakin Atletico mampu mempertahankan konsistensinya di paruh kedua musim. Itu dikarenakan jadwal yang lebih padat, karena Los Colchoneros juga tampil di Liga Champions.

Di awal paruh kedua musim, prediksi di atas sempat terbukti dimana Atletico kalah dua kali dari tujuh laga yang mereka mainkan (dua diantaranya imbang). Namun, pasukan Simeone berhasil bangkit lagi dan memenangi sembilan laga berikutnya.

Hingga jornada ke-35, Atletico masih memimpin klasemen sementara. Akan tetapi, memasuki jornada ke-36, petaka mulai menghinggapi kubu Atletico. Gelar yang sudah di depan mata terancam gagal diraih, setelah kalah dari Levante, 0-2.

Kondisi ini membuat Madrid yang masih punya satu laga lebih banyak, memiliki kans yang lebih besar untuk juara. Sayangnya, El Real gagal memanfaatkan itu, setelah mereka hanya bermain 1-1 melawan Real Valladolid di partai tunda. Atletico pun kembali di posisi lebih baik untuk juara. Di titik ini, Atletico masih memimpin klasemen dengan keunggulan tiga poin dari Barca dan empat poin dari Madrid.

Peluang untuk mengamankan gelar juara pun datang pada jornada ke-37. Atletico memainkan laga secara bersamaan dengan dua rivalnya, Barcelona dan Real Madrid.

Petaka buat Madrid, mereka harus terlempar dari perburuan gelar juara usai kalah dari Celta Vigo. Sementara di tempat lain, Barca ditahan Elche. Di saat laga Barca kontra Elche berakhir, laga Atletico kontra Malaga belum berakhir. Sayang, tambahan waktu lima menit tidak mampu dimanfaatkan Diego Costa dkk. yang hanya mampu bermain imbang 1-1.

Dengan hasil ini, drama pun terjadi. Barca dan Atletico harus melanjutkan persaingan hingga pekan terakhir. Kebetulan kedua tim ini harus bentrok. Sampai di sini, Barcelona banyak difavoritkan keluar sebagai juara, lantaran laga pamungkas dimainkan di kandang mereka, Camp Nou.

Barca yang tertinggal tiga poin, bisa juara jika menang. Ini dikarenakan Barca unggul head to head atas Atletico karena di pertemuan pertama berakhir imbang 0-0 di Vicente Calderon.

Partai final di pekan terakhir pun berjalan menarik. Barca sebagai empunya stadion langsung turun dengan kekuatan terbaik. Sementara Atletico justru dihantam dua kabar buruk di awal laga. Dua pilarnya, Diego Costa dan Arda Turan harus ditarik keluar di 20 menit awal karena cedera.

Nasib buruk Atletico berlanjut ketika pada menit ke-33, Barca berhasil unggul 1-0 lewat gol Alexis Sanchez. Namun, di sinilah peran Simeone sebagai pelatih dan juga motivator ulung berbicara.

Entah apa yang dikatakannya pada para pemainnya di ruang ganti, namun permainan Atletico berubah drastis di babak kedua. Mereka bermain lebih berani menyerang sehingga sukses menyamakan kedudukan lewat tandukan Diego Godin pada menit ke-48.

Setelah itu, Atletico terus menunjukkan karakteristik permainannya yang tak kenal menyerah. Dengan pertahanan solid serta kelihaian para pemain dalam melakukan transisi dari bertahan ke menyerang, Barca dibuat repot. Alhasil, skor 1-1 bertahan hingga laga usai.

Dengan hasil ini, Atletico sukses mengakhiri musim dengan koleksi 90 poin, unggul tiga poin dari Barca di tempat kedua. Pesta semakin spesial, karena gelar juara ke-10 atau yang pertama sejak 1995/1996 dilakukan di markas kebesaran Barca, Camp Nou. Vamos Atletico..!!
Sumber : okezone.com (Bki)

Keterangan Foto :
Selebrasi gol Diego Godin usai membobol gawang Barcelona yang membuahkan gelar La Liga untuk Atletico Madrid (Foto: REUTERS).