Grd
SWISS.Lionel Messi meraih penghargaan individu tertinggi, FIFA Ballon d’Or 2012. Gelar ini yang keempat kali berturut-turut, melewati para legenda seperti Michel Platini, Johan Cruyff, dan Marco van Basten, masing-masing dengan tiga gelar.
Messi, si penyerang Barcelona ini, memperoleh gelar tersebut dengan perolehan
41,60 persen suara, menyisihkan gelandang dari rival klub yang dibelanya, Real
Madrid, Cristiano Ronaldo (23,68 persen), dan rekannya di Barcelona, Andres
Iniesta (10,91 persen).
Ballon d’Or adalah penghargaan individu yang sangat
spesial bagi pesepak bola. Apalagi, pengakuan sebagai pemain terbaik diberikan
pelatih, kapten 209 tim nasional, dan wartawan.
Predikat setinggi langit yang belum tersaingi siapa pun itu bertolak belakang
180 derajat dari si pemilik predikat. Messi punya sifat yang begitu membumi.
Seusai acara malam penganugerahan di Zurich, Swiss, Senin (7/1/2013), dia
mengaku tak peduli terhadap rekor pribadi. Dia memilih fokus pada tim.
Sejauh ini saya tidak yakin ini adalah tahun terbaik saya. Saya tak tertarik
terhadap rekor pribadi. Yang utama adalah kesuksesan tim”. ujar Messi.
Sepanjang 2012, Messi hanya meraih juara Copa del Rey bersama Barcelona. Ia
lebih sering mengoleksi rekor pribadi, salah satunya ketika mencetak 91 gol,
mematahkan rekor 85 gol dalam setahun milik Gerd Muller yang bertahan sejak
1972.
Namun, di tengah kepopuleran, ingar-bingar industri sepak bola, serta gaji yang
selangit, sikap Messi tetap rendah hati. Bagi orang-orang dekatnya, Messi adalah
Messi. Dia bocah sederhana yang lahir di Rosario, daerah terpencil di
Argentina, berayahkan pekerja pabrik besi, dan ibu yang pekerja paruh waktu di
bidang kebersihan.
Adrian Coria, mantan pemain dan pelatih tim muda Newell’s
(klub pertama Messi di Argentina sebelum bergabung dengan Barcelona), punya
kesan membanggakan dari anak ketiga dengan tiga saudara ini.
Dalam buku Messi: The Inside Story of The Boy Who Became a Legend, Coria
mengungkapkan, kepopuleran yang dimiliki Messi justru akan membuatnya makin
dewasa karena dia anak yang cerdas. Tak pernah ada yang berubah dari Leo,
panggilan Messi. Dia masih anak yang rendah hati.
“Saya pernah berjumpa dengannya. Saat itu tim
saya baru selesai berlatih, sedangkan Leo akan memulai latihan. Leo melihat saya,
lalu dia meninggalkan pemanasannya dan berjalan mendekat. Dia menyapa dan
memberikan kostumnya kepada saya. Pemain tim saya tidak percaya terhadap apa
yang terjadi”cerita Coria.
Leo tetaplah sosok yang sama seperti ketika dia dilatih Coria pada usia 8-13
tahun. Kepribadiannya sangat kuat, kompetitif, selalu ingin menang. Dia tak
pernah menyerah dan selalu bekerja keras agar dapat memenangi setiap
pertandingan.
Secara fisik, mungkin banyak yang berpikir Messi tak bisa bermain bola. Dia
pendek, hanya bertinggi badan 169 sentimeter, rapuh, dan terlalu kecil karena pernah didiagnosis kekurangan
hormon pertumbuhan pada usia 11 tahun.
Namun, siapa pun yang mengenal Messi rasanya akan segera menyadari betapa dia
memang diciptakan berbeda. Messi sangat fenomenal dan menjadi seseorang yang
sangat mengagumkan.
Di lapangan, Messi sangat meledak-ledak. Dia bagai mobil Ferrari Formula 1. Dia
selalu mengantisipasi setiap langkah, sangat menguasai bola, seolah menempel
begitu saja pada kakinya. Dia melesat jauh meninggalkan anak laki-laki yang
lebih besar, yang belum bisa mengontrol dan mengoordinasikan bola. Dia membuat
perbedaan yang sangat besar. Tetap yang dulu Messi kecil adalah tipe anak
pemalu dan sedikit bicara. Teman sepermainan saat kanak-kanak, Cintia Arellano,
punya banyak kenangan tentang sahabatnya itu. Meski sudah terpisah sejak SMP,
Arellano merasa tak ada yang berubah pada diri Leo.
Satu-satunya perbedaan adalah, saat ini, Leo selalu naik mobil ke mana pun dia
pergi untuk menghindari kerumunan penggemar. Padahal, dulu, Leo selalu
mengendarai sepeda untuk berkeliling kota. Bagi Arellano, Leo terlihat masih
tak bisa memercayai kegilaan yang dialaminya, apalagi ketika semua tetangga
berebut ingin berfoto dengannya. Para gadis pun rela berdiri di luar rumah Leo
demi sekadar berucap “halo” kepadanya.
“Leo adalah orang yang sangat rendah hati. Dia
seorang teman sejati yang masih tidak mengerti mengapa dia terkenal” ujar
Arellano.
Celia Mar’a Cuccittini, perempuan yang melahirkan Leo 25
tahun lalu, sangat memahami sikap putranya. Menurut Cuccittini, Leo memang
tidak peduli akan ketenaran. Setiap kembali ke Rosario, misalnya, dia selalu
menyusuri Jalan San Martin bersama sepupunya, Emanuel. “Saat
kami katakan bahwa dia tidak mungkin berjalan-jalan di luar dan kami tidak
mengizinkannya karena penduduk di sini akan histeris melihatnya, Leo sangat
kecewa. Dia tidak peduli dengan ketenaran, dia merasa terganggu dengan hal-hal
tersebut,” ungkap Cuccittini.
Di Barcelona, Messi pun pernah ditegur Ronaldinho, pemain yang pernah berada
satu klub dengannya. Pemain Brasil ini mengingatkannya ketika Messi pergi ke
pusat perbelanjaan Corte Ingles dengan mengenakan pakaian yang biasa dia pakai
saat berlatih, lengkap dengan peralatannya. “Anak saya tak peduli
siapa dirinya. Itulah yang membuatnya terkenal. Menandatangani biografi atau
berfoto bersama penggemar tak pernah membuatnya menyesal karena dia memang
rendah hati. Menurut Leo, kerendahan hati adalah sesuatu yang harus dimiliki
oleh setiap orang.” ujar Cuccittini. (AFP/AP)