WHO: 10 Kota Yang Paling Berpolusi Di Dunia

Kamis, 10 Januari 2013

Ist

GENEVA.Kemajuan di sektor industri seolah telah menjadi musuh bagi bumi, tempat kita hidup dan menjejakkan kaki hingga saat ini. Polusi adalah salah satu isu paling utama di saat kita membicarakan topik di seputar dunia industri dan menjadi musuh utama dalam menjaga kelestarian tempat tinggal kita. Hal tersebut terdengar masuk akal, karena dunia industri selalu akrab dengan tingkat polusi dan dampaknya pada lingkungan sekitar.

Hal tersebut terlihat jelas melalui sebuah laporan yang baru-baru ini telah dirilis oleh World Health Organization (WHO). Dalam laporannya, WHO mengungkapkan fakta-fakta mengenai kota-kota di seluruh dunia yang paling tercemar di seluruh dunia. Uniknya, kota-kota paling tercemar tersebut datang dari negara-negara berkembang, bukan negara-negara maju.

Banyak pendapat yang menyebutkan bahwa fakta tersebut tidaklah mengejutkan. Pasalnya, negara-negara berkembang kurang memperhatikan regulasi yang mengatur tentang keramahan lingkungan dalam sepuluh tahun terakhir. Data menunjukkan bahwa warga di sana lebih memilih menggunakan mobil-mobil bekas yang tidak ramah lingkungan, sedangkan para pengusahanya masih mengoperasikan pabrik-pabrik dengan teknologi lama yang pada akhirnya menimbulkan polusi bagi lingkungan.

Satu hal yang mengejutkan adalah ketiadaan nama-nama kota besar, seperti Beijing, Chongqing, dan Bangkok, yang sejak dulu dikenal sebagai salah satu “penyumbang terbesar” dari jumlah polusi terbesar dunia. Data-data WHO justru menyebutkan kota-kota kecil di Iran dan beberapa negara Asia lainnya yang tidak berpredikat sebagai dinamo penggerak ekonomi negara.

Berikut adalah nama-nama kota paling berpolusi di seluruh dunia:

1.     Ahwaz, Iran

2.     Ulan Bator, Mongolia

3.     Sanadaj, Iran

4.     Ludhiana, India

5.     Quetta, Pakistan

6.     Kermanshah, Iran

7.     Peshawar, Pakistan

8.     Gaberone, Bostwana

9.     Yasouj, Iran

10.  Kanpor, India

Kesepuluh kota-kota tersebut mempunyai satu kesamaan: masyarakatnya hidup di kemiskinan. Hanya Bostwana yang sedikit bisa keluar dari kategori tersebut, berkat data pendapatan per kapitanya yang mencapai USD8.000. Data yang dikeluarkan tersebut juga menunjukkan tentang kebiasaan masyarakat setempat yang terus-menerus melakukan kebiasaan untuk menggunakan bahan bakar yang memiliki tingkat pencemaran tinggi demi menghasilkan energi, salah satunya kayu bakar, yang bisa menghasilkan asap tebal.

WHO juga menampilkan sebuah data yang cukup mencengangkan. Pihak organisasi kesehatan PBB tersebut menyebutkan bahwa lebih dari dua juta orang per tahun telah meninggal dunia akibat polusi udara, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Sebagian besar dari korban polusi tersebut berasal dari negara-negara miskin. Lebih jauh lagi, WHO membeberkan fakta bahwa angka tersebut lebih besar dari data kematian akibat penyakit HIV/AIDS.

Berdasarkan data-data tersebut, mungkin sudah waktunya bagi kita untuk benar-benar memikirkan bagaimana cara menjaga bumi kita demi diri sendiri, orang lain, dan anak-cucu kita.