BENGKALIS, Beritaklik.Com - Pemerintah Kabupaten Bengkalis melalui Dinas
Kesehatan sejak Senin (3/11) melaksanakan POMP ( pemberian obat massal
pencegahan ) filariasis tahun ketiga. Sebelumnya, pemberian obat secara massal
pencegahan filariasis dua tahun terakhir dengan cakupan mencapai 87 persen pada
tahun pertama dan 91 persen pada tahun kedua.
Pada tahun ketiga ini, ada sekitar 450 ribu warga Kabupaten Bengkalis yang
menjadi sasaran POMP filariasis dengan target minimal sebanyak 85 persen dari
sasaran harus minum obat. "Kalau bisa lebih tinggi lagi, itu makin bagus. Kalau
tahun kedua bisa 91 persen, maka harapan kita pada tahun ketiga ini lebih dari
itu," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis, H Moh Sukri saat ditemui
di lokasi POMP Desa Wonosari, Senin (3/11).
Untuk mewujudkan hal ini, Pemkab Bengkalis sendiri sebelumnya sudah
melaksanakan pertemuan koordinasi pengobatan massal filariasis yang dihadiri
oleh narasumber dari Research Triangle Institute (RTI) USAID dr Hj Sri
Suryaningsih MSc dan Hj Nina Meilina. Pemkab Bengkalis memang sangat
mengharapkan, semua sasaran di Kabupaten Bengkalis, minum obat tanpa ada yang
terlewati. Sehingga program POMP ini berhasil baik dan tidak ada lagi
masyarakat kabupaten Bengkalis yang terjangkiti penyakit filariasis (kaki
gajah).
Pada tahun pertama, kata Sukri, memang ada masyarakat yang menolak meminum obat
pencegahan penyakit kaki gajah karena adanya dampak setelah meminum obat
seperti mual, muntah demam, keluar cacing, mengantuk dan lainnya.
"Adanya gejala yang timbul setelah meminum obat tersebut, sebagai reaksi
umum dari obat yang bermerk albendazol, yang mematikan cacing di dalam perut
(usus) seperti cacing gelang, kremi, cacing cambuk dan cacing tambang,"
ujar Sukri.
Dikatakan, pemberian obat albendazol dapat meningkatkan efek obat DEC dalam
mematikan cacing filaria dewasa dan mikrofilafia. Sehingga penggunaan obat
albendazol dalam pemberian obat massal filariasis juga akan efektif
mengendalikan prevalensi cacing usus.
"Bila tubuh sudah terinfeksi filariasis dan tidak dilakukan pencehahan
dengan minum obat albendazol dan DEC dalam POMP filariasis ini, dapat
menimbulkan cacat menetap yaitu pembesaran pada kaki dan tangan, buah zakar,
payudara dan alat kelamin," ujar Sukri tanpa bermaksud menakut-nakuti.
Mengingat tugas dan tanggungjawab dalam pelaksanaan pengobatan massal
filariasis ini cukup besar, dan akibat yang ditimbulkan penyakit kaki gajah
ini, Sukri mengharapkan seluruh petugas di 434 pos yang tersebar di seluruh
desa se-Kabupaten Bengkalis, bekerja dengan sebaik-baiknya. Bagi warga yang
tidak bisa datang ke pos POMP filariasis, Sukri mengharapkan agar diantar ke
rumah-rumah.
"Sambil beri obat, tunjukkan sekali brosur-brosus akan bahaya penyalit
filariasis agar mereka sadar. Kita bukan menakut-nakuti, tapi itu fakta bahwa
penyalit filariasis ini dampanya ya seperti itu (seperti dalam
brosur-brosur,red) dan kalau sudah kena tidak bisa diobati," kata Sukri seraya
menambahkan bawa pada tahun 2017 mendatang, Bengkalis harus sudah zero
filariasis, atau bebas dari filariasis. (Bku)