Plt Gubri H Arsyadjuliandi Rachman Dampingi Presiden Jokowi usai hadiri Rakornas Gubernur Kapolda dan Kabinda se-Indonesia dengan Kabinet Kerja di Jakarta.
Plt Gubri H Arsyadjuliandi Rachman
Dampingi Presiden Jokowi usai hadiri Rakornas Gubernur Kapolda dan Kabinda se-Indonesia
dengan Kabinet Kerja di Jakarta.
JAKARTA, Beritaklik.Com - Pelaksana
Tugas (Plt) Gubernur Riau H Arsyadjuliandi Rachman menyatakan siap melaksanakan
semua instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang disampaikan dalam pembukaan
Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kabinet Kerja Tahun 2014 di Istana Negara,
Jakarta, Selasa (4/11), yang melibatkan gubernur se-Indonesia, termasuk Plt
Gubri H Arsyadjuliandi Rachman.
"Semua instruksi Bapak Presiden siap kita laksanakan karena semua yang beliau
sampaikan itu adalah untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat," ucap pria
yang akrab disapa Andi Rachman itu. Dalam kesempatan itu, Andi didampingi
Kepala Bappeda M Yafiz, Kepala Badan Penghubung Provinsi Riau H Burhanuddin dan
Kepala Biro Umum H Doni Aprialdi. Hadir juga Wakil Presiden HM Jusuf Kalla dan
para menteri dari Kabinet Kerja.
Dalam pidatonya, Presiden Jokowi meminta seluruh daerah agar mengalokasikan
anggaran pembangunan dalam APBD lebih besar dari belanja aparatur. Selama ini,
ungkap Jokowi, banyak provinsi atau kabupaten/kota yang anggaran belanja
aparaturnya jauh lebih besar dari belanja pembangunan. "Bahkan ada yang
anggaran aparaturnya mencapai 80 persen, sementara anggaran untuk pembangunan
hanya 20 persen," sesalnya seraya menambahkan, apa yang bisa diberikan untuk
rakyat kalau postur APBD-nya hanya untuk memenuhi kebutuhan aparaturnya.
Oleh karena itu, Jokowi meminta seluruh kepala daerah agar memeriksa secara
mendetil anggaran APBD masing-masing. Jangan dibiarkan begitu saja staf
menyusun anggaran tanpa dipelajari dan diketahui secara mendetil untuk apa saja
anggaran itu dialokasikan. "Memang harus mendetil agar kita mengetahui secara
pasti bahwa anggaran untuk pembangunan sudah lebih besar dari belanja pegawai,"
tegasnya.
Selain itu, Jokowi juga menginstruksikan kepada seluruh daerah mulai dari
provinsi sampai kabupaten/kota untuk membentuk kantor pelayanan terpadu untuk
mempermudah perizinan bagi investor. "Bagi yang sudah ada agar ditingkatkan
lagi kinerjanya. Bagi yang belum agar segera dibentuk. Kita kasih waktu satu
tahun, kalau tidak juga, nanti anggarannya kita kurangi. DAU-nya bisa tidak
kita kasih. Jadi, kita lakukan politik anggaran," katanya, memperingatkan.
Soal perizinan ini, Jokowi menilai bahwa selama ini masih amburadul. Akibatnya,
banyak invstasi yang terkendala. Investor juga kurang berminat menanamkan
modalnya. Akibat izin yang bertele-tele ini, banyak pembangunan yang terhambat.
Misalnya saja investasi tentang power plan atau listrik. "Hampir semua daerah
kekurangan listrik karena terkendala masalah perizinan. Ini harus kita benahi,"
tegas Jokowi.
Jokowi juga menegaskan pentingnya investor masuk ke Indonesia. Sebab, tidak
mungkin bangsa ini maju tanpa investasi. Namun investor akan enggan masuk jika
kondisi bangsa ini tidak kondusif. Apalagi kalau untuk mengurus izin usaha saja
sudah bertele-tele. "Ini harus kita reformasi," tegas mantan Gubernur DKI
Jakarta itu lagi.
Pada kesempatan itu, Jokowi juga menjelaskan soal subsidi BBM yang dari tahun
ke tahun sudah tidak rasional. Dalam lima tahun terakhir, subsidi BBM sudah
mencapai Rp714,5 triliun. Sementara anggaran untuk kesehatan dalam lima tahun
terakhir hanya Rp202,6 triliun. Begitu juga untuk infrastruktur hanya Rp577,9
triliun. "Seharusnya anggaran untuk kesehatan dan infrastuktur lebih besar dari
subsidi BBM, karena subsidi BBM 71 persen dinikmati oleh kelas menengah ke
atas," terangnya.
Oleh karena itu, Jokowi ke depan mengaku akan mengurangi subsidi untuk BBM,
tapi dialihkan ke hal-hal yang bersifat produktif, seperti meningkatkan subsidi
pupuk dan benih untuk petani. Memberikan bantuan pembelian kapal untuk nelayan
atau memberikan pinjaman modal untuk UKM. "Subsidi yang seperti ini jelas-jelas
untuk rakyat kecil," katanya.
Jokowi juga menjanjikan bahwa dalam waktu 3 tahun Indonesia harus swasembada
pangan. Indonesia tidak lagi boleh mengimpor sayur-sayuran seperti kedele atau
jagung. Indonesia harus kuat di bidang pangan. Karena itu juga, Jokowi berjanji
akan membangun infrastruktur bendungan minimal 5-7 bendungan per tahun. "Kita
harus mulai, kalau tidak kapan lagi," tegasnya.
Masih dalam agenda Rakornas, Kapolri Jenderal Sutarman saat menyampaikan
paparannya menegaskan bahwa polisi akan berada di garda terdepan dalam mengawal
pembangunan di berbagai daerah. Aparat kepolisian harus mendukung agenda
pembangunan yang dijalankan kepala daerah. Oleh karena itu, kepala daerah tidak
perlu lagi ragu-ragu dalam mengambil kebijakan pembangunan. "Kalau polisi baik
kepada penjahat, itu justru yang perlu dicurigai," tegasnya.
Rakornas ditutup oleh Wapres Jusuf Kalla. Dalam pidatonya, JK meminta seluruh
gubernur untuk tidak ragu-ragu lagi dalam menjalankan roda pembangunan. Kalau
benar-benar membangun untuk rakyat, tidak mungkin seorang kepala daerah akan
ditangkap oleh KPK, tegas JK. (adv
Humas/Bki)