BANGKINANG-Wacana
pemekaran Kabupaten Kampar Kiri akhir-akhir ini kembali mencuat di beberapa
media. Wacana ini dikhawatirkan hanya akan menjadi komoditas politik oleh
beberapa elit partai tertentu menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2014. Kondisi
tersebut sangat disesalkan oleh tokoh masyarakat Kampar Kiri H Yulizar
Baharudin SAg MM yang juga mantan anggota DPRD Kampar periode 2004-2009.
Dirinya merasa khawatir dengan adanya pernyataan oleh beberapa politisi
di Kampar karena dikhawatirkan masyarakat akan terprovokasi.
"Jangan bodoh-bodohi masyarakat kita. Janganlah, dan janganlah sampai
momen ini dimanfaatkan untuk Pemilu 2014. Kalau memang iya,
betul-betul dibenahi, betul matangkan dulu persiapannya," ujar
Yulizar.
Dukungan pemekaran Kabupaten Kampar Kiri yang
dilontarkan oleh politisi di Kampar itu juga dinilai mencederai perasaan
masyarakat serantau Kampar Kiri. "Saya juga merasa sedih baik selaku
masyarakat maupun selaku tokoh masyarakat Kampar Kiri, wacana pemekaran
ini didengungkan orang saya rasa tak kompeten dan hanya mencari untung untuk
mengambil peluang di 2014," imbuhnya.
kepada wartawan, kamis (17/1) katakan, rencana pemekaran ini
berawal dengan adanya Mubes I tahun 2000 di wilayah Istana Gunung Sahilan
yang diselenggarakan Lembaga Kerapatan Adat Serantau Kampar Kiri. Saat itu
dirinya ditunjuk sebagai Sekretaris Panitia Mubes dan Tarlaili sebagai Ketua
Pelaksana Mubes.
Lebih jauh diungkapkannya, bahwa waktu itu hadir seluruh elemen masyarakat dan dihadiri Gubernur Riau H Saleh Djasit dan drh Chaidir selaku Ketua DPRD Riau serta ribuan masyarakat. Dan salah satu rekomendasi hasil Mubes pembentukan Kabupaten Kampar Kiri dengan ibukota Koto Kampar Hulu dan waktu itu sudah dibuat logo Kabupaten.
Dengan adanya Mubes itu kata Yulizar, saat itu
masyarakat sudah sangat gembira. Beberapa kali diadakan rapat dan pindah
sekretariatnya maka pemekaran Kabupaten Kampar Kiri sampai puncak dengan
dibentuknya Panitia Khusus (Pansus) di DPRD Kampar pada 2008 lalu
dan Yulizar ditunjuk sebagai Wakil Ketua Pansus. "Karena
banyak daerah pemekaran yang lain, maka timbul animo masyarakat. Ini
telah tersosialisasi. Akibat akumulasi demo disana sini. Maka didesak bentuk
Pansus," terangnya.
Mantan Kepala Desa Penghidupan Kecamatan Kampar Kiri Tengah itu menceritakan,
pasca terbentuk Pansus dan beberapa kali rapat, di DPRD Kampar terjadi
pro kontra dan ada faksi-faksi. Kondisi itulah yang akhirnya
perjuangan itu terhenti ditengah jalan. Namun momen inilah kembali
digembar-gemborkan oleh Parpol untuk meraih simpati. Hal itu terjadi pada
Pemilu 2009.
"Sekarang muncul lagi sampai ekspos di koran ada partai A,B dan C. Jangan karena dia mau mencalonkan diri jadi anggota DPRD di provinsi, saya tak mau seperti itu. Kalau memang nawaitunya baik, saya rasa Bupati tak jadi masalah," kata Yulizar.
Dikatakanya lagi, pemekaran itu sangat didambakan masyarakat Kampar Kiri, namun sebaiknya syarat-syarat mesti harus dipenuhi. Diantara syarat itu infrastruktur, Sumber daya manusia dan pendapatan asli daerah (PAD).
Sejak adanya berita wacana pemekaran baru-baru ini kata pria yang juga Ketua II DPD Gerindra Provinsi Riau itu, sudah banyak masyarakat yang datang bertanya mengenai hal itu. "Saya sampaikan kepada masyarakat tanya sama yang berkoar-koar itu. Pada prisnipnya saya sampaikan saya sebagai putra daerah Kampar Kiri, pada prinsip kita sangat inginkan pemekaran itu. Tapi infrastruktur, SDM dan PAD-nya bagaimana,"pungkasnya Yulizar.(bk.mr)