Ilustrasi dollar AS.
Ilustrasi dollar AS.
JAKARTA, Beritaklik.Com - Pengamat ekonomi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Iman Sugema,
mengatakan bahwa lemahnya nilai tukar rupiah merupakan kesalahan dari
Bank Indonesia, yang terus menumpuk dollar AS. Menurut dia, hal tersebut
ditunjukkan dari meningkatnya cadangan devisa Indonesia menjadi 114
miliar dollar AS.
"Pelemahan rupiah salah BI, masih nyedot
dollar. BI itu malah memperburuk situasi, harusnya sekarang melakukan
intervensi. Lihat cadangan devisanya, naik. Kalau cadangan devisa naik,
berarti BI kan ngambilin dollar dari pasar," kata Iman di Megawati Institute, Jakarta, Selasa (10/3/2015).
Namun,
menurut pengamat ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), A Tony
Prasetiantono, cadangan devisa naik karena kinerja perdagangan Indonesia
yang membaik. "Kinerja perdagangan membaik, defisit berkurang. Tahun
2013, defisitnya 4 miliar dollar AS. Tahun lalu hanya 1,8 miliar dollar
AS. Karena impor minyak berkurang, cadangan devisa jadi naik," ujar Tony
dalam acara serupa.
Faktor eksternal, menurut dia, menjadi
faktor yang dominan dalam pelemahan rupiah. Dalam hal ini, kondisi
tersebut disebabkan oleh membaiknya perekonomian negara adidaya Amerika
Serikat.
"Akan tetapi, kali ini eksternalnya sangat kuat.
Ekonomi Amerika Serikat lagi bagus, sebesar 2,5 persen, sementara
pengangguran 5,7 persen, deflasi Januari 0,1 persen. Cadangan minyak
yang besar sekali itu pun menimbulkan optimisme sangat besar," kata
Tony.
Adapun faktor internal, menurut dia, disebabkan oleh
masyarakat yang mulai menunggu untuk memutarkan uangnya dengan alasan
faktor ketidakpastian di pasar saat ini. "Barangkali
ekspektasi-ekspektasi yang besar pada pemerintah mulai tidak sesuai
harapan. Itu juga pasti ada pengaruhnya," lanjut Tony.
Menghadapi
kondisi pelemahan rupiah saat ini, Tony menyarankan BI untuk
mempertahankan suku bunga BI atau BI Rate. Menurut dia, menaikkan suku
bunga tidak akan menolong nilai tukar rupiah.
"Sementara ini, BI
Rate 75 persen ditahan dulu, alasannya karena inflasi kita bagus bulan
pertama, bahkan deflasi. Jangan diturunkan atau dinaikkan. Percuma,
naikkan suku bunga, rupiah juga tidak bisa menguat karena faktor tarikan
AS yang seperti magnet, nyedot dari seluruh dunia, termasuk Indonesia,"
urai Tony. (Bki)
Sumber : Kompas.com