Rupiah Terus Melemah

Rabu, 11 Maret 2015

Ilustrasi dollar AS.

Ilustrasi dollar AS.

JAKARTA, Beritaklik.Com - Pengamat ekonomi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Iman Sugema, mengatakan bahwa lemahnya nilai tukar rupiah merupakan kesalahan dari Bank Indonesia, yang terus menumpuk dollar AS. Menurut dia, hal tersebut ditunjukkan dari meningkatnya cadangan devisa Indonesia menjadi 114 miliar dollar AS.

"Pelemahan rupiah salah BI, masih nyedot dollar. BI itu malah memperburuk situasi, harusnya sekarang melakukan intervensi. Lihat cadangan devisanya, naik. Kalau cadangan devisa naik, berarti BI kan ngambilin dollar dari pasar," kata Iman di Megawati Institute, Jakarta, Selasa (10/3/2015).

Namun, menurut pengamat ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), A Tony Prasetiantono, cadangan devisa naik karena kinerja perdagangan Indonesia yang membaik. "Kinerja perdagangan membaik, defisit berkurang. Tahun 2013, defisitnya 4 miliar dollar AS. Tahun lalu hanya 1,8 miliar dollar AS. Karena impor minyak berkurang, cadangan devisa jadi naik," ujar Tony dalam acara serupa.

Faktor eksternal, menurut dia, menjadi faktor yang dominan dalam pelemahan rupiah. Dalam hal ini, kondisi tersebut disebabkan oleh membaiknya perekonomian negara adidaya Amerika Serikat.

"Akan tetapi, kali ini eksternalnya sangat kuat. Ekonomi Amerika Serikat lagi bagus, sebesar 2,5 persen, sementara pengangguran 5,7 persen, deflasi Januari 0,1 persen. Cadangan minyak yang besar sekali itu pun menimbulkan optimisme sangat besar," kata Tony.

Adapun faktor internal, menurut dia, disebabkan oleh masyarakat yang mulai menunggu untuk memutarkan uangnya dengan alasan faktor ketidakpastian di pasar saat ini. "Barangkali ekspektasi-ekspektasi yang besar pada pemerintah mulai tidak sesuai harapan. Itu juga pasti ada pengaruhnya," lanjut Tony.

Menghadapi kondisi pelemahan rupiah saat ini, Tony menyarankan BI untuk mempertahankan suku bunga BI atau BI Rate. Menurut dia, menaikkan suku bunga tidak akan menolong nilai tukar rupiah.

"Sementara ini, BI Rate 75 persen ditahan dulu, alasannya karena inflasi kita bagus bulan pertama, bahkan deflasi. Jangan diturunkan atau dinaikkan. Percuma, naikkan suku bunga, rupiah juga tidak bisa menguat karena faktor tarikan AS yang seperti magnet, nyedot dari seluruh dunia, termasuk Indonesia," urai Tony. (Bki)

Sumber : Kompas.com