Ketahanan Pangan Kampar Akan Gegerkan Negara Pengimpor

Rabu, 22 April 2015

Bupati Kampar Jefry Noer bersama petinggi Polda Riau dan petinggi sejumlah perusahaan perbankan di Riau memanen bawang merah di kawasan P4S Karya Nyata, Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kampar, Rabu (8/4).

Bupati Kampar Jefry Noer bersama petinggi Polda Riau dan petinggi sejumlah perusahaan perbankan di Riau memanen bawang merah di kawasan P4S Karya Nyata, Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kampar, Rabu (8/4).

Kamparkab, Beritaklik.Com - Pemerintah Daerah Kampar Provinsi Riau akan mewujudkan ketahanan pangan dari hulu hingga hilir sehingga patut menjadi daerah percontohan di Sumatera dan ini tentunya akan menggegerkan sejumlah negara pengimpor bahan kebutuhan pokok ke Indonesia.

"Wujud dari ketahanan pangan itu dapat dilihat dari berbagai program yang dijalankan, mulai dari perikanan, peternakan, dan khususnya pertanian," kata Direktur Bimbingan Masyarakat Polda Riau Kombes Pol Sugiono. kepada pers usai menghadiri acara penandatanganan kesepakatan kerjasama program ketahanan pangan antara Polri dengan Pemerintah Daerah Kampar dengan melibatkan tiga pilar pedesaan yakni Bhabinkamtibmas, Babinsa dan Kepala Desa/Lurah, Rabu (8/4).

Penandatangan kesepakatan kerjasama (MoU) itu dilaksanakan di kawasan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Karya Nyata, Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kampar.

Pemerintah Kabupaten Kampar sejak beberapa tahun terakhir menggencarkan berbagai program untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Hal itu dilakukan mulai dari hulu, yakni pelatihan pertanian dan penyediaan lahan pertanian, hingga kemudian ke hilir yakni pasarnya.

Program-program tersebut dipadukan dalam satu kawasan P4S untuk pelatihan masyarakat agar menjadi petani, peternak dan pemelihara ikan yang andal. Kegiatan ini asalah salah satu langkah menuju Kampar bebas dari kemiskinan, pengangguran dan rumah kumuh.

Bupati Kampar Jefry Noer menargetkan pada akhir 2016, daerah ini telah mencapai tiga zero, yakni nihil kemiskinan, pengangguran dan rumah kumuh. "Bayangkan saja, jika ketahanan pangan terjadi di seluruh daerah secara nasional, maka Indonesia tidak perlu lagi impor bawang jauh-jauh dari Thailand. Kampar telah menggegerkan negara-negara pengimpor bahan kebutuhan pokok yang selama ini banyak daerah di Indonesia mengalami ketergantungan," kata Kombes Sugiono.

Sugiono menjelaskan, selama ini untuk kebutuhan bawang nasional selalu diimpor dari Thailand, harganya di sana hanya Rp4.000 per kilogram namun dijual dengan harga Rp8.000 per kg dan itu membuat masyarakat di tanah air berebut.

Artinya, lanjut dia, dalam satu kilogram saja, keuntungan para pelaku importir itu mendapatkan keuntungan sebesar Rp4.000. "Diperkirakan juga, bahwa dalam setahun dari satu komoditi jenis bawang saja, keuntungan para importir itu mencapai Rp6 triliun. Namun dalam setahun itu, sebanyak 12 ribu petani akan mati, mereka beralih profesi karena tidak mampu menghadapi gempuran bawang impor yang luar biasa," katanya.

Lebih parah lagi, demikian Sugiono, dalam tiga sampai empat tahun, tidak kurang dari 36 ribu petani nasional akan mengalami kesulitan luar biasa, mereka memutuskan untuk tidak lagi bertani karena situasi ekonomi yang tidak menjamin kehidupan mereka.

"Kalau ketahanan pangan di Kampar benar-benar telah terwujud hingga seratus persen, mulai dari bawang merah, padi dan lain sebagainya, maka dalam jangka waktu dua tahun kita bisa swasembada pangan, dan Thailand yang selama ini mengimpor bawang, akan kebingungan mencari pasar. Karena selama ini pasar yang empuk adalah Indonesia, dan kedua adalah Filipina," katanya. (adv/humas)