Batas.. (Yusril Ardanis)

Selasa, 05 Februari 2013

Yusril Ardanis,Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Riau

Pelaku bunuh diri pastilah para pengecut sekaligus pemberani. Memutuskan mati sebagai solusi untuk menuntaskan kerumitan hidup adalah bentuk kekalahan luar biasa. Namun bagaimana mungkin, bersamaan dengan kepengecutan yang tak terperi itu muncul keberanian --yang juga luar biasa-- dalam menyongsong maut. Saya tengah mereka kata hati Kurt Cobain saat ia mulai meraih gagang pistol. Membuka mulut. Mengulum laras. Mungkin tangannya gemetar ketika menyentuh pelatuk. Apakah ia sempat berpikir:  negeri seperti apakah yang hendak dilalui ketika pistol itu telah meletus. Barangkali tidak. Dor!

Tetapi Kurt Cobain bukan satu-satunya musisi yang mengakhiri hidup. Ian Curtis seorang penyanyi dan penulis lagu dari band Joy Division asal Manchester ditemukan tewas menggantung dirinya sendiri. Brad Delp musisi rock --anggota band Boston bunuh diri dengan cara menghisap gas karbon monoksida di dalam kamar mandi. Michael Hutchence seorang penyanyi dan penulis lagu asal Australia, anggota dari band INXS memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan menggantung dirinya dengan ikat pinggang. Elliott Smith pemusik indierock asal Amerika tewas bunuh diri dengan cara melesapkan pisau ke dadanya. Del Shannon --penyanyi terkenal di era 50 dan 60-an tewas bunuh diri dengan cara menembak dada dengan senapan kaliber 22 di rumahnya di California. Phil Ochs musisi folk terkenal Amerika bunuh diri pada 9 April 1976 dengan cara menjerat leher. Penyanyi Paul Williams
anggota dari grup The Temptation tewas di samping mobilnya setelah menembakkan pistol ke tubuhnya. Sid Vicious pernah gagal bunuh diri dengan cara mengiris pergelangan tangan di rumah sakit jiwa, pemain bas dari The Sex Pistols ini akhirnya tewas setelah memakai heroin dalam takaran yang tak sanggup diterima tubuh. Keith Moon drummer band rock The Who bunuh diri dengan cara meneguk 32 tablet obat penenang. Pete Ham vokalis, gitaris sekaligus leader dari grup Badfinger bunuh diri pada 24 April 1975 dengan cara gantung diri di dalam garasi rumah. Tom Evans bassist Badfinger tewas gantung diri pada 19 November 1983.
Penyanyi tenor Billy Mackenzie --anggota band 80 The Associates bunuh diri dengan menenggak parasetamol secara berlebihan. Nick Drake seorang folksinger merangkap songwriter ditemukan tewas November 1974 setelah membiarkan dirinya overdosis obat antidepresan. Jhon Lee drummer band rock asal Inggris, Feeder --pada Januari 2002 mengikat lehernya dengan rantai anjing hingga ia kehilangan nyawa.

Hanya beberapa orang yang akhirnya benar-benar menjadi legenda. Freedy Mercuri salah satunya. Ia adalah ikon atas apa yang diistilahkan dengan rock-classic. Bersama Queen ia mengguncang dunia. Tenar luar biasa. Kaya luar biasa. Seperti halnya Kurt Cobain dari kelompok musik Nirvana, ia memisah ke dalam kelompok orang-orang gelisah. Nama aslinya Farrokh Bulsara. Bukan seorang muslim meski berasal dari Zanzibar. Ia dikenali
sebagai eksentrik. Chord lagunya aneh --setidaknya di masa itu--sulit dimainkan dengan gitar. Bohemian Rapsody itu melompat-lompat, tak lazim meski harmoninya indah sekali. Freedy Mercury yang seorang gay mati di usia 45 tahun. Jiwa yang rapuh berakhir pada AIDS mengapak-ngapak raga hingga ia ditimbun. Kembali ke dalam tanah.

Lennon mengimpikan dunia tanpa batas dimana semua orang bersaudara. Tak ada perang, tak ada penindasan. Ia seorang humanis-obsesif yang luput membaca sejarah. Bukankah Plato, Hegel, Marx sampai revolusi Perancis, lalu penghisapan atas nama kapitalistik sudah memastikan bahwa dunia ini memang selamanya akan penuh sekat. Tak akan pernah menyatu karena manusia sesungguhnya makhluk tak teraba. Lennon mati tertembak.

Jimi Hendrix mati muda. Gitaris yang dianggap paling berpengaruh dalam sejarah musik rock ini ditemukan tewas di sebuah hotel. Menurut dokter ia menenggak alkohol terlalu banyak, namun spekulasi ia bunuh diri tak terelakkan.

Saya ingin menucuplik kisah tragis Michael Jakson tapi baiknya Axl Rose saja. Apa yang membuat Slash, Duff, Sorum, Izzy atau sebelumnya Steven Adler --pada akhirnya begitu muak dengan Axl. Guns N Roses sesungguhnya telah mati ketika satu demi satu personil meninggalkan sang vokalis seorang diri. Wikipedia mencatat bahwa suatu ketika semua personil
kelompok band hard rock itu tak harus melakukan apa-apa lagi karena mereka semua sudah kaya. Tetapi kesimpulan itu agaknya salah karena pada kenyataan Axl --dan juga sejumlah personil lain mencoba bangkit kembali meski dalam kondisi koyak-moyak.

Sejauh manakah kaki mampu dalam berlari? Berada di pucuk ketenaran dimana popularitas berdaun harta yang merimbun ternyata bukan pula sebagai takhta yang meneduhkan. Kesimpulan yang membuat --maaf-- orang semacam saya ini tak pernah terpukau oleh sesiapa yang meraup obsesi di luar batas sepuluh jari.

(*) Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Riau