Anas Urbaningrum Ketika Mau Melepas Jaket Partai Demokrat Sebagai Tanda Berhenti dari Partai Demokra
JAKARTA.Jika diperhatikan dengan
seksama, dalam pidato politik mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas
Urbaningrum, tidak ada satu kata pun yang menyatakan bahwa Anas mundur dari
jabatannya.
Pakar Komunikasi Universitas Indonesia (UI),
Effendi Gazali mengatakan, ada arti berbeda dari pernyataan berhenti dan mundur
dalam konteks Anas di Demokrat.
"Anas itu memilih berhenti, bukan mundur, itu
yang harus diingat. Kenapa dia menggunakan kata berhenti, itu artinya dia sudah
tidak perduli dengan pakta integritas, enggak perduli lagi dengan mereka yang
menyuruhnya mundur, setelah ada pernyataan yang mengimbaunya untuk
berkonsentrasi pada kasusnya (Hambalang) dan dia memberikan perlawanan,"
ucap Effendi sebagimana yang disampaikan melalui sindonews.com
Menurut Effendi, sedangkan mundur dalam konteks
Anas, berarti mantan Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB
HMI) itu mengikuti semua prosedur dan sikap yang selama ini mengintimidasinya.
"Sedangkan mundur, berarti mengiyakan apa
yang sudah terjadi padanya dan mengikuti sesuai dengan peraturan di
Demokrat," pungkasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, dengan adanya pidato
Anas, secara tidak langsung memberikan efek kepada Cikeas. "Sebetulnya
dengan pidato ini, membuat Cikeas terkejut, karena pemilihan kalimat yang
dikeluarkan Anas itu begitu lugas dan tegas," pungkasnya.
Kata 'berhenti' berarti pengunduran diri subjektif tanpa syarat yang melatarbelakangi, sedangkan mundur terdapat kondisi objektif bersyarat. Istilah ini berlaku pada istilah jabatan politik kelas puncak.
Sejalan dengan pernyataan Effendi Gazali, pengamat hukum tata Negara Dr. Imanputra Sidin juga punya penilaian yang sama.
"Kata 'berhenti' menunjukan tanpa adanya pakta integritas Anas pun mundur. Dengan kata ini, juga lebih manly (jantan)," kata pengamat hukum tata negara Dr Irmanputra Sidin saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (23/2/2013).