Bisnis Penginapan, Pengoperasian Homestay Jadi Alternatif Di Sumbar

Sabtu, 10 Oktober 2015

Ilustrasi.

PADANG, Beritaklik.Com - Dalam upaya pembenahan infrastruktur penginapan untuk pengembangan kawasan wisata, sejumlah daerah di Sumatra Barat memilih prioritaskan homestay.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pesisir Selatan Gunawan menuturkan, investasi sektor perhotelan memakan biaya mahal serta tidak melibatkan masyarakat secara masal dalam pengelolaan kawasan wisata.

Akibatnya, hanya segelintir orang yang menikmati kue pariwisata, sehingga tidak akan berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat.

"Investasi perhotelan perlu, tetapi kami lebih mendorong masyarakat membangun homestay. Selain berbiaya murah, juga keuntungannya langsung didapatkan masyarakat," katanya kepada Bisnis, Rabu (7/10/2015).

Dia menyebutkan, saat ini pemda setempat mendorong masyarakat yang tinggal di kawasan wisata seperti Pantai Carocok, Kawasan Mandeh dan Sungai Nyalo menyediakan homestay bagi wisatawan.

Keberadaan homestay juga diyakininya membuat masyarakat lebih ramah terhadap wisatawan karena masyarakat pemilik homestay akan terlibat langsung melayani wisatawan.

Gunawan mengatakan, pemda setempat memberikan kemudahan pengurusan izin, yakni hanya berupa surat rekomentasi dari dinas pariwisata tanpa pungutan.

Sedangkan IMB yang digunakan hanya berupa izin bangunan rumah biasa. "Kalau bangun hotel dan penginapan kan susah, biayanya mahal. Homestay tidak, cukup surat rekomendasi dari dinas pariwisata, tanpa dipungut biaya," ujarnya.

Dia mengungkapkan, saat ini sudah berdiri 16 homestay di kawasan Pantai Carocok dan tujuh di Kawasan Wisata Mandeh.

Dia berharap jumlah itu akan semakin banyak seiring tingginya tingkat kunjungan wisatawan ke Pesisir Selatan yang melebihi satu juta orang tahun lalu.

Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Solok Selatan Doni Hendra menyebutkan, daerahnya memprioritaskan pembangunan hotel di objek-objek wisata.


"
Kami prioritaskan pariwisata berbasis budaya dan kearifan lokal. Homestay lebih cocok untuk mendukung pengembangan pariwisata daerah (Solok Selatan)," sebutnya.

Dia menuturkan, Solok Selatan memiliki kawasan "seribu rumah gadang" yakni perkampungan dengan rumah-rumah penduduk yang masih asli menggunakan rumah gadang.

"Jumlahnya sekitar 500 rumah, kami minta warga tetap menjaga dan beberapa dikembangkan menjadi homestay," katanya.

Menurutnya, rumah-rumah tua dengan desain rumah adat minangkabau tersebut adalah kekayaan budaya setempat sehingga perlu dirawat dan dikembangkan sebagai bagian dari pengembangan sektor pariwisata.

Doni menargetkan dalam waktu dekat berdiri puluhan homestay di daerah itu sehingga tidak diperlukan investasi perhotelan dalam jumlah besar.

"Seperti acara Tour de Singkarak misalnya, ke depan wisatawan yang datang bisa menginap di homestay," ujarnya.

Adapun sejumlah daerah yang sudah mengembangkan penginapan berbasis homestay di Sumatra Barat adalah Sawahlunto, Bukittinggi dan Maninjau. (Bki)