Pemkab Bengkalis Jalin Kerjasama dengan JICA

Sabtu, 09 Maret 2013

Asisten Tata Praja Setdakab Bengkalis, Burhanuddin (tengah), Walikota Ube Kimiko Kubota (lima dari k

BENGKALIS.Pemerintah Kabupaten Bengkalis menjalin kerja sama dengan Ube International Environmental Cooperation Association dan Japan International Cooperation Agency. Bentuk kerja sama berupa pengirimanan pegawai ke Jepang untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan perbaikan lingkungan.

“Kerjasama dalam bentuk pengiriman pegawai Kabupaten Bengkalis ke Jepang dalam tiga tahap selama tiga tahun yang didanai sepenuhnya JICA, Pemkab Bengkalis hanya mendukung uang saku peserta,” ujar Kepala Bappeda Kabupaten Bengkalis, Jondi Indra Bustian, Jumat (8/3).

Kerjasama kedua belah pihak ditandatangani 17 September 2012 lalu di Jakarta, antara Kepala Bappeda Kabupaten Bengkalis, Jondi Indra Bustian, mewakili Pemerintah Kabupaten Bengkalis dengan Mr  Tomoyuki TADA selaku Senior Representative JICA Indonesia Officeserta Presiden Ube International Environmental Cooperation Association Prof Masao Ukita, disaksikan Bupati Bengkalis, H Herliyan Saleh dan Walikota Ube, Kimiko Kubota

Pendidikan dan pelatihan ini disponsori sepenuhnya oleh JICA selaku lembaga yang dibentuk Pemerintah Jepang, yang bertujuan untuk membantu pembangunan di negara-negara berkembang.

Selama di Jepang, peserta akan dilatih merumuskan dan formulasi kebijakan bidang lingkungan melalui semangat Ube Model. Peserta akan dipantau langsung para ahli lingkungan dari Yamaguchi University.

“Peserta akan dilatih menyusun dokumen masterplan lingkungan Kabupaten Bengkalis hingga selesai pada tahun ketiga nantinya. Untuk tahap pertama, tepatnya di awal 2013 ini Pemkab Bengkalis telah mengirimkan delapan pegawai dan telah menyelesaikan pendidikan selama dua minggu yang diketuai Asisten I Setda Bengkalis  Burhanudin,” terang alumni IPB Bogor dan IOWA State University ini.

Ketua Tim, Burhanuddin mengatakan, selama di Ube telah mendapat materi yang sangat aplikatif terkait pengelolaan lingkungan. Mulai dari struktur masterplan lingkungan di Kota Ube, sistem dan manajemen pengelolaan sampah, air bersih, limbah, listrik dan teknologi sampai pada metode kerjasama antara pemerintah, swasta, perguruan tinggi dan masyarakat.

“Peserta juga diperkenalkan dengan budaya, sikap dan etos kerja masyarakat Jepang, yang sebenarnya tidak sulit untuk ditiru,” ungkap Burhanuddin.

Ditambahkan Burhannudin, Presiden Ube International Environment Cooperation Agency (Ube IECA) Prof Masao Ukita, menyarankan Pemkab Bengkalis dalam pengelolaan lingkungan mengadopsi Ube Model dengan melakukan penyesuaian terhadap kondisi di Bengkalis.  Kota Ube memiliki sejarah buruk dalam pengelolaan lingkungan bahkan sebagai kota paling parah dunia sebagai penghasil polusi pada era 1950-an.

Namun saat ini kondisinya terbalik, tahun 1997 Kota Ube mendapat penghargaan Global 500 dengan mendapat pengakuan internasional sebagai model yang dapat diterapkan juga di negara lain. Memang proses ini tidak terjadi dalam sekejap, butuh komitmen dan kerjasama semua pihak.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Bengkalis, Huzaini yang menjadi peserta pendidikan ke Jepang itu menambahkan, Pemkab Bengkalis bisa menimba pengalaman dari Kota Ube dalam penanganan masalah lingkungan. “Kita salut dengan masyarakat di sana yang kompak dan peduli lingkungan,” ungkapnya

Pada saat penutupan pendidikan di Balai Kota Ube, Kepala Pusat Internasional Daerah Chugoku JICA, Toshiyuki Arita mengatakan bahwa JICA berkomitmen untuk terus mendukung program kerjasama ini demi mendorong terciptanya perbaikan lingkungan di Kabupaten Bengkalis.

Hal senada juga disampaikan Walikota Ube, Kimiko Kubota, perempuan yang sangat ramah dan murah senyum ini memberikan apresiasi atas terjalinnya kerjasama ini dan beliau berharap selain Pemerintah Kabupaten Bengkalis dapat belajar banyak dari Kota Ube, namun tentu juga dapat memberikan masukan bagi Kota Ube.(bku)