Sisi Lain Hugo Chavez: Ngopi 40 Cangkir Sehari.

Sabtu, 09 Maret 2013

Hugo Chavez (ist)

VENEZUELA.Rakyat Venezuela berkabung selama tujuh hari. Negara itu baru saja kehilangan Presiden Hugo Chavez, sang bintang di hati rakyat. Chavez satu-satunya pemimpin yang paling berhasil membawa faham sosialis kembali di abad 21 ini.

 

Hugo Rafael Chavez Frias berpulang pada usia 58 tahun—merupakan sosok pemimpin yang memiliki pengaruh kuat di mata rakyat dan panggung internasional. Chavez sukses menekan angka kemiskinan di Venezuela, meski angka kekerasan sipil belum tuntas.

Terlepas dari gelombang protes sebagian rakyat Venezuela untuk menggulingkan Presiden, banyak alasan mengapa warga dunia begitu tertarik kepada Chavez. Dirangkum dari lamanBloomberg, CNN, dan BBC, Rabu (6/3), Chavez merupakan komandan yang juga pribadi dengan beragam keunikan.

Dan ternyata, Chavez merupakan seorang pecandu kopi. Dia mampu meneguk kopi hitam 40 cangkir sehari tanpa absen. Tak pernah dia melewatkan waktu “ngopi” selama tugas kenegaraan sekalipun.

Kebiasaan inilah yang diduga memicu Chavez terserang penyakit kanker disertai benjolan sebesar bola tenis di panggulnya. Menurut dokter anonim di Ibu Kota Havana, Kuba, meminum kopi berlebihan tanpa disertai air putih akan sangat buruk bagi kesehatan. Takaran normal mengkonsumsi kopi 600-900 mg atau dua cangkir per hari.

Chavez juga seorang yang pandai berkelakar. Menurut Bloomberg, Presiden Venezuela ini adalah salah satu pemimpin dunia yang paling dinantikan pidatonya di Majelis Umum PBB, selain Presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad, dan pemimpin Kuba Fidel Castro.

Media internasional menyebut Chavez selebritas di mimbar PBB karena pidato-pidatonya yang sensasional. Umpamanya 2006 lalu, Chavez mengatakan dia masih mencium “aroma setan” dan “belerang” di podium, kemudian dia berdoa seraya membentuk tanda salib memohon perlindungan Tuhan. Sontak hadirin majelis pun tertawa. Diketahui, sehari sebelumnya, Presiden Amerika Serikat kala itu, George Walker Bush, berbicara di podium yang sama.

Chavez juga dikenal seorang penggelisah yang selalu mengkritik tajam kebijakan Amerika Serikat saat rezim Bush, terutama soal agresi militer ke Irak pada 2003. Namun, Chavez memuji dan menyebut Presiden Barack Obama sebagai pembawa angin harapan bagi dunia.

Chavez berpulang di Caracas, Selasa (5/3) petang waktu setempat akibat kanker. Berita kepergian pemimpin flamboyan itu diumumkan oleh Wakil Presiden Nicolas Maduro. Kematiannya mengakhiri kekuasaannya selama 14 tahun di negara kaya minyak di kawasan Amerika Latin tersebut.

Sejumlah pemimpin negara mengucapkan bela sungkawa. “Di saat Venezuela memulai bab baru bagi sejarahnya, Amerika Serikat tetap berkomitmen pada kebijakan yang mendukung prinsip-prinsip demokrasi, penegakan hukum, dan penghormatan hak asasi manusia,” ungkap Obama.

Presiden Brasil, Dilma Rousseff, yang juga pernah menderita kanker, mengheningkan cipta satu menit dalam Kongres Nasional Pekerja Perdesaan ke-11 di Brasilia, untuk Chavez. Dalam pernyataannya, Rousseff mengungkapkan bahwa Chavez adalah pemimpin yang hebat.

“Hari ini, orang Amerika Latin yang hebat meninggal. Di banyak kesempatan, pemerintah Brasil sering tidak sepakat dengan Chavez, tetapi hari ini, seperti sebelumnya, kami menganggapnya sebagai pemimpin, sungguh sebuah kehilangan yang tiada gantinya, seorang teman bagi Brasil,” ucapnya.

Duka juga mendera Kolombia. Presiden Juan Manuel Santos mengatakan Chavez berjasa bagi perdamaian di negaranya. “Penghargaan terbesar kami untuk mengenang Hugo Chavez adalah mewujudkan mimpi yang dia bagi pada kami untuk mencapai kesepakatan penghentian konflik dan perdamaian di Kolombia,” kata Santos.

Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague, turut menyampaikan duka cita. Inggris, katanya, turut bersedih atas kematian Hugo Chavez. “Sebagai Presiden Venezuela selama 14 tahun, dia telah meninggalkan kesan mendalam di negaranya dan di seluruh dunia. Saya ingin menyampaikan belasungkawa pada keluarganya dan rakyat Venezuela,” ujar Hague.

Bahkan, Presiden Cile, Sebastian Pinera, yang pernah berseteru lantaran berseberangan pandangan politik dengan Chavez, menyampaikan salam penghormatan untuk pemimpin Venezuela itu. Dia menyebut Chavez seorang yang teguh dalam ideologi kerakyatan.

“Ketika penyakitnya memburuk dan dia harus kembali ke Kuba, saya telepon dia dan saya ingat dia berkata pada saya, bahwa dia akan menghadapi kematian dan ingin mati di negaranya, Venezuela yang dia cintai,” tutur Pinera.

Trivia Hugo Chavez

-Konflik dengan vatikan. Hugo Chavez pernah berperang dingin dengan pemangku Takhta Suci Katolik Vatikan karena menganut faham sosialis garis keras.

-Takut mati. Selama dirawat di sebuah rumah sakit di Havana, Kuba, Chavez dikabarkan takut menghadapi kematian. Bukan tidak siap bertemu Tuhan, tetapi menurutnya masih banyak yang harus dia lakukan untuk negaranya.

-Sosok religius. Dalam kondisi terbaring, Chavez sering ikut berdoa bersama keluarga dan rakyat Venezuela. Tak jarang air mata pemimpin penganut Katolik Roma itu meleleh.

-“I’m convinced that the way to build a new and better world is not capitalism. Capitalism leads us straight to hell.” Kalimat ikonik Chavez yang selalu dia dengungkan.

-“Berikan aku mahkota duriMu, Tuhan, sehingga aku terluka. Berikan aku seratus salibMu dan aku akan membawanya untukMu, tetapi jangan ambil nyawaku, karena aku masih ingin melakukan berbagai hal untuk rakyat dan negaraku. Jangan dulu ambil nyawaku.” Kalimat ini diucapkan Chavez pada 5 April 2012 dalam sebuah misa yang diadakan untuk pengobatan penyakit kanker yang dideritanya.(bk.1/in)