PANTAI TIKU KECANTIKAN TERSEMBUNYI DI PANTAI BARAT SUMATERA

Senin, 22 Februari 2016

Agam, Beritaklik.Com - Kabupaten Agam di Sumatera Barat punya Pantai Tiku yang agak luput dari perhatian wisatawan. Padahal pemandangannya oke dengan aktivitas nelayannya.

Pantai Tiku dengan dua pulau di hadapanya ini, masih terlihat asri dengan pantai berpasir halus. detikTravel berkunjung ke sini saat liburan panjang Imlek kemarin. Setelah menempah 2 jam perjalanan dari Bukittinggi via Kelok 44, sampailah saya di Pantai Tiku pada pagi hari.

Pagi itu, para nelayan masih melakukan lelang ikan di sana sampai pukul 10.00 WIB. Ikan-ikan segar baru dibawa nelayan setelah beberapa hari melaut. Kehadiran masyarakat setempat untuk membeli ikan menjadi pemandangan yang mengasyikan ketika hendak membawa ikan ke pasar.

Di Pantai Tiku, tumbuh deretan pohon cemara laut. Di bawah pohon cemara yang sudah cukup tinggi itu, para pedagang kaki lima membuka lapak daganganya.

Wisatawan yang datang pagi, bisa ikut andil membeli ikan di pantai Tiku yang jernih. Ikan yang dibeli, bisa langsung di bawa ke warung yang ada untuk dibakar. Pihak pengelola warung, sudah menyediakan bumbu masak untuk ikan yang dipanggang.

Nasi putih hangat yang terbungkus daun pisang, sudah tersedia. Wisatawan bisa menyantap ikan panggang yang baru saja dilelang di tepi pantai. Ikan segar hasil pencarian nelayan rasanya jauh lebih sedap dan terasa lebih manis dibanding setelah ikan masuk ke pasar.

"Kita senang bisa ikut beli ikan langsung sama nelayan. Rasa ikannya lebih terasa segar, dan enak sekali begitu dipanggang untuk sarapan pagi," tutur Elis Masyitoh (38) warga Pekanbaru yang berkunjung ke pantai Tiku.

Di Pantai Tiku wisatawan juga bisa berenang di sana. Ombak yang menghempas menjadi mainan untuk anak-anak yang memanjakan dirinya berkejaran di pantai.

Wisatawan yang datang pagi, bisa ikut andil membeli ikan di pantai Tiku yang jernih. Ikan yang dibeli, bisa langsung di bawa ke warung yang ada untuk dibakar. Pihak pengelola warung, sudah menyediakan bumbu masak untuk ikan yang dipanggang.

Nasi putih hangat yang terbungkus daun pisang, sudah tersedia. Wisatawan bisa menyantap ikan panggang yang baru saja dilelang di tepi pantai. Ikan segar hasil pencarian nelayan rasanya jauh lebih sedap dan terasa lebih manis dibanding setelah ikan masuk ke pasar.

"Kita senang bisa ikut beli ikan langsung sama nelayan. Rasa ikannya lebih terasa segar, dan enak sekali begitu dipanggang untuk sarapan pagi," tutur Elis Masyitoh (38) warga Pekanbaru yang berkunjung ke pantai Tiku.

Di Pantai Tiku wisatawan juga bisa berenang di sana. Ombak yang menghempas menjadi mainan untuk anak-anak yang memanjakan dirinya berkejaran di pantai.

Di pantai ini, terlihat belum tersentuh dengan apik sebagai objek wisata. Semak belukar terlihat di sana. Tidak ada fasilitas apapun di pulau itu apalagi wahana water sport.

Menurut, Roni (40) wakil datuk (panungkek) setempat, para tokoh adat belum mau Pantai Tiku dan pulau-pulaunya dibuka menjadi objek wisata komersil. Mereka khawatir pariwisata akan memberikan dampak berupa budaya baru yang negatif dan mereka yakin kehidupan nelayan akan terkena bala atau kesialan.

"Inilah kendala kami, sering tarik ulur soal keterbukaan objek wisata. Itu sebabnya, investor masih enggan untuk mengembangkan fasilitas penunjang objek wisata pantai di sini," kata Roni.

Padahal, Roni mengklaim, terumbu karang di lepas Pantai Tiku tidak kalah dengan Bunaken, di Sulawesi Utara. Persoalannya memang, promosi wisata ini tidak bisa dikembangkan karena terjadi pro dan kontra akan kedatangan wisatawan asing.

"Kami menjamin, terumbu karang di kedua pulau itu masih jauh lebih indah untuk wisata diving dibanding Bunaken," klaim Roni.

Padahal, bila saja Pantai Tiku dan kedua pulau itu dikembangkan, bukan tidak mungkin wisatawan akan ramai datang ke sana. Yang dibutuhkan di sini adalah pembangunan pariwisata berkelanjutan yang menjunjung tinggi kearifan lokal.

"Andai saja ada persamaan persepsi, mungkin kampung kami ini satu di antara objek wisata andalan di Sumbar," kata Roni. (Bki)