Agam, Beritaklik.Com - Kabupaten Agam di Sumatera Barat
punya Pantai Tiku yang agak luput dari perhatian wisatawan. Padahal
pemandangannya oke dengan aktivitas nelayannya.
Pantai Tiku dengan dua pulau di hadapanya ini, masih terlihat asri dengan
pantai berpasir halus. detikTravel berkunjung ke sini saat liburan panjang
Imlek kemarin. Setelah menempah 2 jam perjalanan dari Bukittinggi via Kelok 44,
sampailah saya di Pantai Tiku pada pagi hari.
Pagi itu, para nelayan masih melakukan lelang ikan di sana sampai pukul 10.00
WIB. Ikan-ikan segar baru dibawa nelayan setelah beberapa hari melaut.
Kehadiran masyarakat setempat untuk membeli ikan menjadi pemandangan yang
mengasyikan ketika hendak membawa ikan ke pasar.
Di Pantai Tiku, tumbuh deretan pohon cemara laut. Di bawah pohon cemara yang sudah
cukup tinggi itu, para pedagang kaki lima membuka lapak daganganya.
Wisatawan yang datang pagi, bisa ikut andil membeli ikan di pantai Tiku yang
jernih. Ikan yang dibeli, bisa langsung di bawa ke warung yang ada untuk
dibakar. Pihak pengelola warung, sudah menyediakan bumbu masak untuk ikan yang
dipanggang.
Nasi putih hangat yang terbungkus daun pisang, sudah tersedia. Wisatawan bisa
menyantap ikan panggang yang baru saja dilelang di tepi pantai. Ikan segar
hasil pencarian nelayan rasanya jauh lebih sedap dan terasa lebih manis
dibanding setelah ikan masuk ke pasar.
"Kita senang bisa ikut beli ikan langsung sama nelayan. Rasa ikannya lebih
terasa segar, dan enak sekali begitu dipanggang untuk sarapan pagi," tutur
Elis Masyitoh (38) warga Pekanbaru yang berkunjung ke pantai Tiku.
Di Pantai Tiku wisatawan juga bisa berenang di sana. Ombak yang menghempas
menjadi mainan untuk anak-anak yang memanjakan dirinya berkejaran di pantai.
Wisatawan yang datang pagi, bisa ikut andil membeli ikan di pantai Tiku yang
jernih. Ikan yang dibeli, bisa langsung di bawa ke warung yang ada untuk
dibakar. Pihak pengelola warung, sudah menyediakan bumbu masak untuk ikan yang
dipanggang.
Nasi putih hangat yang terbungkus daun pisang, sudah tersedia. Wisatawan bisa
menyantap ikan panggang yang baru saja dilelang di tepi pantai. Ikan segar
hasil pencarian nelayan rasanya jauh lebih sedap dan terasa lebih manis
dibanding setelah ikan masuk ke pasar.
"Kita senang bisa ikut beli ikan langsung sama nelayan. Rasa ikannya lebih
terasa segar, dan enak sekali begitu dipanggang untuk sarapan pagi," tutur
Elis Masyitoh (38) warga Pekanbaru yang berkunjung ke pantai Tiku.
Di Pantai Tiku wisatawan juga bisa berenang di sana. Ombak yang menghempas
menjadi mainan untuk anak-anak yang memanjakan dirinya berkejaran di pantai.
Di pantai ini, terlihat belum tersentuh dengan apik sebagai objek wisata. Semak
belukar terlihat di sana. Tidak ada fasilitas apapun di pulau itu apalagi
wahana water sport.
Menurut, Roni (40) wakil datuk (panungkek) setempat, para tokoh adat belum mau
Pantai Tiku dan pulau-pulaunya dibuka menjadi objek wisata komersil. Mereka
khawatir pariwisata akan memberikan dampak berupa budaya baru yang negatif dan
mereka yakin kehidupan nelayan akan terkena bala atau kesialan.
"Inilah kendala kami, sering tarik ulur soal keterbukaan objek wisata. Itu
sebabnya, investor masih enggan untuk mengembangkan fasilitas penunjang objek
wisata pantai di sini," kata Roni.
Padahal, Roni mengklaim, terumbu karang di lepas Pantai Tiku tidak kalah dengan
Bunaken, di Sulawesi Utara. Persoalannya memang, promosi wisata ini tidak bisa
dikembangkan karena terjadi pro dan kontra akan kedatangan wisatawan asing.
"Kami menjamin, terumbu karang di kedua pulau itu masih jauh lebih indah
untuk wisata diving dibanding Bunaken," klaim Roni.
Padahal, bila saja Pantai Tiku dan kedua pulau itu dikembangkan, bukan tidak
mungkin wisatawan akan ramai datang ke sana. Yang dibutuhkan di sini adalah
pembangunan pariwisata berkelanjutan yang menjunjung tinggi kearifan lokal.
"Andai saja ada persamaan persepsi, mungkin kampung kami ini satu di
antara objek wisata andalan di Sumbar," kata Roni. (Bki)