Beliau meninggal pada usia 89 tahun karena komplikasi penyakit yang diderita
semasa tuanya. Dua hari sebelum wafat, ia dirawat inap di RSHS karena
serangan stroke. Sekitar sepuluh tahun belakangan, ia sudah beberapa kali
diserang stroke ringan maupun berat yang mengakibatkan kondisi fisiknya semakin
lama semakin menurun.
Jenazahnya akan disemayamkan di tempat tinggalnya sehari-hari, yakni di Bukit
Dago Selatan nomor 27, Bandung. Setelah dishalatkan, rencananya jenazah akan
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung.
J.S. Badudu dikaruniai 9 anak, 9 menantu, 23 cucu, dan 2 cicit. Istrinya, Eva
Henriette Alma Koroh, lebih dulu berpulang pada 16 Januari 2016 lalu pada usia
85 tahun. Mereka hidup bersama dalam ikatan pernikahan selama 62 tahun.
Prof. Dr. J.S. Badudu lahir di Gorontalo pada 19 Maret 1926. Sepanjang usia ia
mengabdikan diri untuk Bahasa Indonesia melalui kegiatan belajar-mengajar dan
tulis-menulis. Ia telah menjadi guru sejak usia 15 tahun dan mengakhiri
pengabdiannya di bidang pendidikan pada usia 80 tahun, itu pun karena kondisi
fisik yang terus menurun seiring bertambahnya usia.
J.S. Badudu dikenal masyarakat luas sejak ia tampil dalam acara Pembinaan
Bahasa Indonesia yang ditayangkan di TVRI pada 1977-1979, dilanjutkan tahun
1986-1986. Pada saat itu TVRI adalah satu-satunya siaran televisi di Indonesia.
Beberapa karya besar di antara puluhan buku yang pernah ditulisnya: Kamus Umum
Bahasa Indonesia (1994), revisi kamus Sutan Muhammad Zain; Kamus Kata-kata
Serapan Asing (2003); Pelik-pelik Bahasa Indonesia (1971); Inilah Bahasa
Indonesia yang Benar (1993); Kamus Peribahasa (2008); Membina Bahasa Indonesia
Baku (1980) dll.
Pendidikan bahasa yang pernah ditempuhnya adalah kursus B1 Bahasa Indonesia
(1951); Fakultas Sastra Unpad (1963); Studi Pascasarjana Linguistik pada
Fakultas Sastra dan Filsafat Rijksuniversiteit Leiden, Belanda (1971-1973); Ia
memperoleh gelar Doktor dari Fakultas Sastra UI pada 1975 dengan disertasi
berjudul Morfologi Kata Kerja Bahasa Gorontalo.
Sejauh catatan pribadi beliau, ia telah 8 tahun menjadi guru SD, 4 tahun guru
SMP, 10 tahun guru SMA, dan 42 tahun menjadi dosen di Unpad dan UPI Bandung. Ia
menginjak usia pensiun pada 1991, namun setelah itu masih aktif mengajar dan
menulis sampai awal 2000.
J.S. Badudu adalah orang pertama yang mendapat gelar Guru Besar dari fakultas
Sastra Unpad. Ia dinobatkan menjadi Guru Besar pada 1985 dalam usia 59 tahun.
Atas sumbangsih dan pengabdiannya di bidang bahasa, ia dikaruniai tiga tanda
kehormatan dari pemerintah, yakni Satyalencana Karya Satya (1987), Bintang
Mahaputera Nararya (2001), dan Anugerah Sewaka Winayaroha (2007). (Bki)