Inisial

Sabtu, 16 Maret 2013

Yusril Ardanis. (doc)

Oleh: Yusril Ardanis (*)

Guna menghormati asas praduga tak bersalah maka aparat hukum cukup menyebutkan kalimat pertama dari nama tersangka. Maling kambing  bernama Ucip Monek diekspos sebagai UM saja sedangkan Zainub Tanjung yang diduga terlibat dalam kasus raibnya kotak infak diinisialkan sebagai ZT. Inisial jelas digunakan buat merahasiakan sosok-karena ada kemungkinan yang diduga belum tentu sebagai pelakunya.
Tetapi era berubah. Inisial jadi tren. Jika sebelumnya identik dengan tersangka maka kini banyak orang dengan sukarela menginsialkan nama atas kehendak sendiri. Bukan untuk melindungi identitas diri namun buat kepentingan-kepentingan praktis. Nama Soesilo Bambang Yudhoyono mungkin dirasa terlalu panjang hingga kemudian disingkat jadi SBY saja. Selain terkesan lebih ringkas --urutan tiga kalimat itu memang terkesan gagah dan mudah untuk diingat. Gubernur Riau Rusli Zainal populer dengan inisial RZ. Inisial yang juga terkesan ringkas dan enak saat dieja.
Ketika Julia Perez memendekkan nama jadi Jupe dan Krisdayanti menjadi Kade maka keduanya tidak sedang menginsialkan nama. Kamus Besar Bahasa Indonesia menerangkan bahwa inisial adalah huruf pertama kata atau huruf pertama dari nama orang. Mereka juga tidak sedang mengakronimkan nama. Akronim hanya untuk kependekan, gabungan huruf atau suku kata seperti peluru kendali menjadi rudal atau sidak untuk inspeksi mendadak.
Sebagai mana halnya dengan Jupe dan Kade --penyanyi Dewi Persik juga tergoda merekonstruksi nama jadi Depe. Meski salah kaprah dan menabrak norma bahasa namun nama Depe kian populer. Infotainmen menyiarkannya berbusa-busa.
Soal pejabat publik dan artis yang mengotak-atik nama ini sebetulnya juga telah lama terjadi di dunia jurnalistik. Ada wartawan senior yang dipanggil dengan Enche. Jika tak kenal maka sekilas kesan yang dibayangkan dari orang bernama Enche ini tentulah tampilannya seperti anak muda moderen sebagaimana kita membayangkan sosok dari penyandang nama Jacky, Roy, Angel. Namun saat bertemu dengan Enche yang dimaksud maka imaji berserak seketika. Sosok wartawan senior yang dipanggil Enche ini orangnya kecil, kurus, pendiam, alim, dan terkesan sangat tua dengan kemeja bututnya. Nama aslinya adalah Nasrun Chatib. Muasal Enche itu tentu berasal dari inisial NC.
Dari dunia kewartawanan lahir pula tokoh lain yang sukses bertukar nama. Rida K. Liamsi adalah salah satu tokoh pers Riau yang sukses dan sangat terkenal. Tak banyak yang tahu nama tersebut bukan pemberian orangtuanya --namun lahir atas kreatifitas yang datang dari sisi tak terduga. Buat yang penasaran maka cobalah mengeja nama Rida K Liamsi itu dari belakang --maka akan didapat nama asli beliau.  
Mungkin karena tergoda juga dengan kisah sukes Pak Rida maka sejumlah wartawan lain juga mengikut jejak. Di akun media sosial dua wartawan senior Riau muncul dengan nama Noitusan Nima dan Racib Nairubis. Kedua nama ini selain terkesan ganjil --juga agak sulit saat dieja. Tapi segalanya akan jadi terang dan sangat familiar ketika nama tersebut dieja dari belakang. Rupanya Noitusan Nima tak lain dari Amin Nasution dan Racib Nairubis adalah Bicar Siburian.
Kisah mengotak-atik nama ini bertambah seru saat menjelang pemilu. Inisial adalah pilihan paling digemari. Publik diajak untuk segera mengenali HA sebagai Herman Abdullah, MM sebagai Mambang Mit, TM sebagai Tengku Mukhtaruddin, LE untuk Lukman Eddy atau Jhon Erizal dengan JE. Beberapa nama lain semisal Ahmad dan Anas Makmun agaknya tak begitu tertarik dalam hal menyingkat nama ini.
Tak seperti sejumlah wartawan --para kandidat calon gubernur itu pun seperti enggan membalikkan nama dengan mengeja dari belakang. Jika langkah itu ditempuh maka kesannya tentu akan sangat rumit dan justru kian tak dikenali. Apa jadinya andai tokoh semacam Wan Abubakar --yang juga balon gubernur-- menulis namanya dari belakang seperti yang dilakukan tokoh pers Rida K. Liamsi atau wartawan senior Noitusan Nima dan Racib Nairubis. Jika nekat tentu di baliho akan tertulis: Pilihlah Rakabuba Naw sebagai Pemimpin Riau Masa Depan.
Mengotak-atik nama dengan metode inisial, akronim atau mengeja secara terbalik ini sepertinya akan jadi tren dalam beberapa waktu mendatang. Dalam kondisi seperti inilah kita masih bersyukur bahwa beberapa teman yang bernama Widya Chandra dan Budi Harjono masih kukuh dengan pendiriannya. Mereka bertekad akan memakai nama asli itu selama-lamanya dan tak akan tergoda buat menginisialkannya. Tekad itu akan digumpalnya sampai mati termasuk jika suatu saat ia juga berkesempatan jadi Balon Gubernur Riau.
 
Penulis Adalah:
Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Riau.