Bupati Resmikan Stasiun Mini Bioethanol Pertama di Bengkalis

Selasa, 19 Maret 2013

Bupati Bengkalis H Heriyan Saleh didampingi Kepala Balitbangtik Syofian Hadi mengisi bioethanol prod

BENGKALIS.Bupati Bengkalis H Herliyan Saleh meresmikan stasiun mini pengisian bahan bakar minyak alternatif jenis bioethanol yang dibangun di samping Kantor Badan Penelitian, Pengembangan dan Statistik , Senin (18/3).

Untuk tahap awal, seluruh kendaraan dinas di lingkungan Pemkab Bengkalis diharapkan menggunakan BBM alternatif bioethanol hasil produksi Balitbangtik ini.  Apalagi secara kualitas tidak perlu diragukan lagi karena memiliki kadar oktan yang jauh lebih tinggi dibandingkan premium maupun pertamax.

Peresmian ditandai dengan pengisian bahan bakar nabati jenis bioethanol oleh Bupati ke kendaraan dinasnya BM 1 D serta sejumlah mobil dinas pejabat di lingkungan Pemkab Bengkalis. Acara dihadiri Kepala Balitbangda Syofian Hadi, sejumlah kepala satuan kerja perangkat daerah dan Satlantas Polres Bengkalis. BBN jenis bioethanol merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan dengan tingkat oktan yang tidak menimbulkan pencemaran atau polusi.

Dalam pengarahan singkatnya Bupati berharap agar BBN bioethanol ini mampu dikembangkan secara lebih luas lagi di tengah masyarakat. Bioethanol yang berasal dari bahan baku alami ini diharapkan juga mampu mengangkat potensi ekonomi kerakyatan, karena bahan bakunya didapat dari hal produksi kebun serta pertanian masyarakat.

“Produk ini harus terus dikembangkan sehingga nantinya masyarakat pemilik kendaraan memiliki bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dengan biaya yang terjangkau. Saya berharap Balitbangda mampu mengembangkan BBN bioethanol ini dengan ketersediaan bahan baku yang memadai,” ujar Bupati.

Apabila nanti telah berkembang dengan ketersediaan bahan baku yang cukup, perlu dipikirkan membangun stasiun pengisian BBN Bioethanol yang baru di luar kantor Balitbangda. Bupati menyarankan bila perlu bekerjasama dengan SPBU atau APMS yang sudah ada di Kabupaten Bengkalis.

 “Sekarang ini stasiun pengisian BBN bioethanol ini baru ada di Kantor Balitbangda. Ke depan kita berharap ini menjadi salah satu produk unggulan daerah yang dapat dikembangkan. Perlu kerjasama dengan banyak pihak, termasuk masyarakat pensuplay bahan baku, sekaligus mendorong percepatan ekonomi masyarakat dan daerah,” pesan bupati.

Belum Stabil

Kepala Balitbangtik mengakui saat ini produksi biothanol belum stabil, karena tergantung kepada pasokan bahan baku dari masyarakat. Ia berharap ada kebijakan khusus dari pemerintah untuk mensubsidi petani yang menjadi pensuplai bahan baku bioethanol sehingga kelangsungan produksi dapat terjaga.

Tidak tertutup kemungkinan bioethanol ini menjadi bahan bakar primadona. Walaupun sekarang ini harga jual Rp11 ribu perliter, tapi apabila ada subsidi tidak menutup kemungkinan harga jualnya di pasaran akan distabilkan sesuai dengan standarisasi harga pertamax.

Pada kesempatan itu ia juga berharap seluruh kendaraan dinas di lingkungan Pemkab Bengkalis mengkonsumsi BBM alternatif bioethanol hasil produksi Balitbangtik. Kualitas dari bioethanol ini sudah tidak perlu diragukan lagi karena memiliki kadar oktan yang jauh lebih tinggi dibandingkan premium maupun pertamax.

 “Ini juga merupakan salah satu bentuk dukungan dari setiap SKPD dalam pengembangan BBM dari bioethanol. Karena biayanya nanti akan kita putar, termasuk untuk membiayai petani penyadap yang bekerja di lapangan,” ujar Syofian.

Ethanol sebagai bahan baku untuk pembuatan BBM alternatif yang dihasilkan Balitbangtik menurut Syofian sudah memenuhi standar ekspor. Salah satu cara sederhana untuk menguji kualitasnya adalah dengan mencampurkan ethanol dengan premium. Kalau ethanol yang dihasilkan kurang bagus, maka tidak akan bercampur dengan baik. Namun, kalau kualitasnya bagus maka akan tercampur secara homogen.

Untuk membuktikan kualitas dari ethanol hasil produksi Balatibangtik, pada kesempatan itu di hadapan Bupati dan undangan yang hadir, Syofian langsung memperagakan dengan memasukkan ethanol ke premium. Hasilnya ethanol langsung bercampur secara homogen tanpa ada perubahan sedikitpun pada premium.

 “Kalau soal kadar oktan tidak perlu diragukan lagi, bioethanol yang kita hasilkan sudah bisa sebagai bahan bakar pesawat. Kadar oktannya bisa di atas 100, tapi untuk bisa dipergunakan pada kendaraan maka kita turunkan dengan beberapa perlakukan. Yang pasti, kadar oktannya jauh lebih tinggi dari pertamax apalagi premium,” jelasnya.(bk.u)