Batas.. (Yusril Ardanis)
Pelaku bunuh diri pastilah para pengecut sekaligus pemberani. Memutuskan mati sebagai solusi untuk menuntaskan kerumitan hidup adalah bentuk kekalahan luar biasa. Namun bagaimana mungkin, bersamaan dengan kepengecutan yang tak terperi itu muncul keberanian --yang juga luar biasa-- dalam menyongsong maut. Saya tengah mereka kata hati Kurt Cobain saat ia mulai meraih gagang pistol. Membuka mulut. Mengulum laras. Mungkin tangannya gemetar ketika menyentuh pelatuk. Apakah ia sempat berpikir: negeri seperti apakah yang hendak dilalui ketika pistol itu telah meletus. Barangkali tidak. Dor!
Tetapi Kurt Cobain bukan satu-satunya
musisi yang mengakhiri hidup. Ian Curtis
seorang penyanyi dan penulis lagu dari band Joy Division asal Manchester ditemukan tewas menggantung dirinya
sendiri. Brad Delp musisi rock
--anggota band Boston bunuh diri dengan cara menghisap gas karbon
monoksida di dalam kamar mandi. Michael
Hutchence seorang penyanyi dan penulis
lagu asal Australia, anggota dari band INXS memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan menggantung dirinya dengan
ikat pinggang. Elliott Smith
pemusik indierock asal Amerika tewas bunuh diri dengan cara melesapkan pisau ke dadanya. Del Shannon --penyanyi
terkenal di era 50 dan 60-an tewas
bunuh diri dengan cara menembak dada dengan senapan kaliber 22 di rumahnya di California. Phil Ochs musisi folk
terkenal Amerika bunuh diri pada 9
April 1976 dengan cara menjerat leher. Penyanyi Paul Williams
anggota dari grup The Temptation tewas di samping
mobilnya setelah menembakkan
pistol ke tubuhnya. Sid Vicious pernah gagal bunuh diri dengan cara mengiris pergelangan tangan di rumah sakit jiwa,
pemain bas dari The Sex Pistols
ini akhirnya tewas setelah memakai heroin dalam takaran yang tak sanggup diterima tubuh. Keith Moon drummer band
rock The Who bunuh diri
dengan cara meneguk 32 tablet obat penenang. Pete Ham vokalis, gitaris sekaligus leader dari grup Badfinger bunuh diri pada 24 April 1975
dengan cara gantung diri di dalam garasi rumah. Tom Evans bassist
Badfinger tewas gantung diri pada 19 November
1983.
Penyanyi tenor Billy Mackenzie --anggota band 80
The Associates bunuh diri dengan
menenggak parasetamol secara berlebihan. Nick Drake seorang folksinger merangkap songwriter ditemukan tewas
November 1974 setelah membiarkan
dirinya overdosis obat antidepresan. Jhon Lee drummer band rock asal Inggris, Feeder --pada Januari 2002
mengikat lehernya dengan rantai anjing hingga ia
kehilangan nyawa.
Hanya beberapa orang yang akhirnya benar-benar
menjadi legenda. Freedy Mercuri
salah satunya. Ia adalah ikon atas apa yang diistilahkan dengan rock-classic. Bersama Queen ia mengguncang dunia.
Tenar luar biasa. Kaya luar biasa.
Seperti halnya Kurt Cobain dari kelompok musik Nirvana, ia memisah ke dalam kelompok orang-orang gelisah. Nama
aslinya Farrokh Bulsara. Bukan
seorang muslim meski berasal dari Zanzibar. Ia dikenali
sebagai eksentrik. Chord lagunya aneh --setidaknya
di masa itu--sulit dimainkan
dengan gitar. Bohemian Rapsody itu melompat-lompat, tak lazim meski harmoninya indah sekali. Freedy Mercury yang
seorang gay mati di usia 45 tahun.
Jiwa yang rapuh berakhir pada AIDS mengapak-ngapak raga hingga ia ditimbun. Kembali ke dalam tanah.
Lennon mengimpikan dunia tanpa batas dimana semua orang bersaudara. Tak ada perang, tak ada penindasan. Ia seorang
humanis-obsesif yang luput membaca
sejarah. Bukankah Plato, Hegel, Marx sampai revolusi Perancis, lalu penghisapan atas nama kapitalistik sudah
memastikan bahwa dunia ini memang
selamanya akan penuh sekat. Tak akan pernah menyatu karena manusia
sesungguhnya makhluk tak teraba. Lennon mati
tertembak.
Jimi Hendrix mati muda. Gitaris yang dianggap
paling berpengaruh dalam sejarah
musik rock ini ditemukan tewas di sebuah hotel. Menurut dokter ia
menenggak alkohol terlalu banyak, namun
spekulasi ia bunuh diri tak terelakkan.
Saya ingin menucuplik kisah tragis Michael Jakson
tapi baiknya Axl Rose saja. Apa
yang membuat Slash, Duff, Sorum, Izzy atau sebelumnya Steven Adler --pada akhirnya begitu muak dengan Axl. Guns N
Roses sesungguhnya telah mati
ketika satu demi satu personil meninggalkan sang vokalis seorang diri. Wikipedia mencatat bahwa suatu ketika
semua personil
kelompok band hard rock itu tak harus melakukan
apa-apa lagi karena mereka semua
sudah kaya. Tetapi kesimpulan itu agaknya salah karena pada kenyataan Axl --dan juga sejumlah personil lain
mencoba bangkit kembali meski
dalam kondisi koyak-moyak.
Sejauh manakah kaki mampu dalam berlari?
Berada di pucuk ketenaran dimana popularitas
berdaun harta yang merimbun ternyata
bukan pula sebagai takhta yang meneduhkan. Kesimpulan yang membuat --maaf-- orang semacam saya ini tak pernah
terpukau oleh sesiapa yang meraup
obsesi di luar batas sepuluh jari.
(*) Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Riau