Waktunya Pembuktian Lionel Messi Dimomen Piala Dunia 2014
Jakarta, Beritaklik.Com - Ini bukan perkara cara menyerang skuat
Argentina. Mencetak gol seharusnya bukan masalah serius pasukan Alejandro
Sabella. Sebaliknya, kekhawatiran utama La Albiceleste adalah pertahanan.
Argentina akan menuju Piala Dunia 2014 Brasil dengan harapan setidaknya
mencapai semifinal. Taget itu seharusnya patut dianggap sebagai kemajuan sepak bola
Argentina dalam sepakbola nasional mereka dalam dua dekade terakhir. Argentina
hanya mampu mencapai perempat final di Prancis (1998), Jerman (2006), dan
Afrika Selatan (2010).
Di zona CONMEBOL, Argentina senior juga tak pernah juara sejak Copa America
1993. Mereka hanya mentok sebagai runner-up di kompetisi akbar Amerika Selatan
tersebut pada 2004 dan 2007. Namun, Argentina kini boleh berharap meneruskan
langkah tim yunior yang berhasil meraih medali emas Olimpiade 2004 di Athena
dan 2008 di Beijing.
Senjata utama mereka di depan, tidak lain dan tidak bukan, adalah Lionel Messi.
Penyerang FC Barcelona ini sekarang berusia 26 tahun usia legenda Diego
Maradona ketika Argentina mengangkat trofi Piala Dunia 1986 atau yang kedua
kalinya sekaligus yang terakhir.
Dalam hal kemampuan dan talenta, penyerang seperti Messi, Sergio Aguero, dan Gonzalo
Higuain (sayang tidak ada Carlos Tevez di sini) merupakan jaminan menjadi top
skorer di Brasil. Artinya bila trio ini dimainkan sekaligus oleh Sabella maka
gol bukan isu utama bagi Argentina.
Sabella
Sosok Pelatih Tepat
Argentina terkenal sebagai tim penuh masalah di ruang ganti sepanjang tampil di
Piala Dunia. Pada edisi 1994, isu doping menjadi akar kepanikan tim. Pada 1998,
terjadi perselisihan internal tim. Pada 2002, ada kekhawatiran terhadap standar
kebugaran yang terlalu tinggi dari pelatih Marcelo Bielsa. Pada 2006 dan 2010,
terjadi konflik antar beberapa kelompok pemain. Artinya, kepala dingin adalah
suatu keharusan jika Argentina ingin memaksimalkan kesempatan di Brasil.
Sejak ditunjuk sebagai pelatih pada pada Agustus 2011, Sabella asisten pelatih
Daniel Passarella ketika Argentina berhasil mencapai perempat final di Piala
Dunia 1998 Prancis -- cenderung memilih pemain yang sama. Pelatih berusia 59
tahun ini mengabaikan bintang seperti Tevez dan Esteban Cambiasso untuk
menghindari kemungkinan perselisihan di kamar ganti, menolak mencoba-coba
penjaga gawang, dan menyukai pemain belakang berlatar low-profile.
Sabella pernah menjuarai Copa Libertadores 2009 bersama Estudiantes. Eks pemain
Sheffield United dan Leeds United ini terkenal jujur dan punya tekad kuat dalam
memimpin tim. Meski demikian, Sabella sempat dicap sebagai pilihan pragmatis
oleh publik Argentina. Tapi perlahan-lahan Sabella berhasil mengambil hati
mereka.
Di masa kualifikasi, meski sempat kalah dari Venezuela dan bermain imbang
dengan Bolivia, Sabella berhasil membawa Argentina tidak terkalahkan selama 18
bulan sebelum akhirnya takluk dari Uruguay di partai terakhir.
Messi
Sebagai Pusat Permainan
Mengacaukan pesta karnival Brasil tentu menjadi motivasi kuat pasukan Argentina.
Sejak Sabella mengambil alih tim ini, Messi seakan mendapatkan sentuhan
magisnya seperti yang dia tunjukkan di Barcelona. Argentina seperti bermain
untuknya.
Bila tim nasional Inggris enggan meletakkan nasib di pundak penyerang Wayne
Rooney, Argentina justru sebaliknya. Publik rela dan bahkan menyandarkan
nasibnya pada Messi -- pemain terbaik dunia tiga kali beruntun (2010-2012).
Padahal Argentina bukan tim yang mengandalkan skil invidu pemain tertentu.
Sejak musibah pada Copa America 2011 di rumah sendiri, penyerang mungil ini
berhasil bertransformasi menjadi pemain mematikan. Meski gagal membawa
Barcelona juara La Liga musim ini, mantan pemain Newell's Old Boys ini mencetak
41 gol dalam 46 pertandingan klub Catalan itu di segala kompetisi.
Messi, yang ikut meraih medali emas cabang olahraga sepakbola di Olimpiade 2008
Beijing, juga sudah mencetak 18 gol bagi Argentina dalam 17 pertandingan
terakhir. Citra Messi yang setengah hati jika bermain dengan kaus biru-putih
pun telah sirna dan kini menjabat kapten negaranya.
Permainan Argentina terkesan dibangun di sekitar Messi. Namun tim ini bukan
versi Catalan-nya Amerika Selatan yang gemar melakukan pressing sejak dari
depan dan mengincar dominasi penguasaan bola.
Pasukan Sabella justru merancang permainan dengan serangan balik dari posisi
yang lebih dalam ketimbang Barca. Rencana utama mereka sederhana, yakni
memaksimalkan kualitas, kecepatan, dan ketajaman penyelesaian akhir Messi,
Aguero, dan Higuain.
Pada sistem berbasis formasi 4-3-3, Messi dibebaskan bergerak melebar atau ke
dalam. Sementara Aguero menjadi jembatan penghubung antara Messi dan Higuain
yang aktif bergerak mencari posisi strategis untuk mencetak gol.
Permainan dinamis Angel Di Maria dalam menyerang, termasuk rajin melakukan
track back di sisi kiri lapangan, membuat permainan tim menjadi seimbang.
Gelandang Fernando Gago atau Lucas Biglia akan mengisi sektor sentral dengan
visi yang baik. Gago atau Biglia bersama Javier Mascherano biasanya memainkan
peran ball-winners pula di lapangan tengah Argentina.
Sabella juga bisa mempertimbangkan Maxi Rodriguez, Rodrigo Palacio, dan
Ezequiel Lavezzi yang punya pergerakan melebar di lapangan tengah untuk barisan
serang. Sementara fullback Pablo Zabaleta di sisi kanan dan Marcos Rojo di sisi
kiri yang biasanya tampil sebagai bek tengah di klub Sporting Lisbon diandalkan Sabella untuk membantu lini depan.
Untuk rencana cadangan bila dibutuhkan, Sabella tidak segan memainkan sistem
"aneh" dengan formasi 5-3-2. Argentina akan memainkan lima bek seperti
beberapa kali dipraktekkan di babak kualifikasi.
Sistem tersebut dioperasikan dengan tambahan bek tengah atau pemain tengah
seperti Biglia sehingga Mascherano bisa bermain lebih dalam. Peran ini beberapa
kali dimainkan Mascherano di Barcelona.
Pertahanan dan situasi bola mati untuk duel udara merupakan masalah utama
Argentina. Hanya Federico Fernandez, Ezequiel Garay, dan Higuain (yang
sayangnya seorang striker) yang dapat menyundul bola dengan baik. Itu sebabnya
Sabella selalu menurunkan Rojo di sisi kiri pertahanan. Namun pemain berusia 24
tahun ini terkesan lambat.
Masalah lain yang harus dihadapi Sabella adalah penjaga gawang. Dari tiga kiper
yang dibawanya, hanya Agustin Orion yang tampil reguler di klub Boca Juniors.
Sedangkan kiper utama Sergio Romero dan Mariano Andujar hanya cadangan di AS
Monaco dan Catania. Anehnya Sabella tidak melirik Julian Speroni yang tampil
menawan di Crystal Palace.
Prediksi
line-up (4-3-3):
Romero; Zabaleta, Fernandez, Garay, Rojo; Mascherano, Gago, Di Maria; Messi,
Higuain, Aguero.
Prediksi
Argentina seakan mengalami kebangkitan di bawah asuhan Sabella dalam dua tahun
terakhir. Tim ini telah menemukan gaya konsisten dan Messi, yang sempat
dicemooh para penggemar pada 2011, akhirnya tampak nyaman dengan sistem taktis
bersama Aguero, Higuain dan Di Maria yang selalu dekat dengannya.
Messi akan memainkan Piala Dunia ketiganya dengan motivasi tinggi demi menebus
kegagalan mencetak gol dalam lima partai Argentina di Piala Dunia 2010.
Argentina pun hanya bergabung bersama Bosnia, Iran, dan Nigeria yang relatif
ringan di Grup F. Argentina hanya tinggal mengkhawatirkan peluang bertemu
Jerman di perempat final untuk maju hingga final.
Jadi, patut dinanti bagaimana serangan terbaik di planet ini ala Argentina bisa
menutupi masalah defensif mereka. Sumber : detik.com (Bki)
Keterangan
Foto : Getty Images/Ronald Martinez.
Bupati Lepas 464 Atlet Bengkalis Tampil di Porprov Riau
PEKANBARU-Bupati Bengkalis, Kasmarni mengukuhkan sekaligus melepas kontingan Kab.
Kejurprov Anggar Berakhir, Bengkalis Juara Umum
BENGKALIS-Kejuaraan Provinsi (Kejurprov) Anggar 2022 di Bengkalis berakhir di Ge.
Kejurprov Anggar Resmi Dibuka, Ketua KONI Riau Beri Spirit kepada Altlet
BENGKALIS-Kejuaraan Provinsi (Kejurprov) Anggar 2022 di Bengkalis resmi dibuka o.
Pengprov IKASI Riau Gelar Kejurprov di Bengkalis
BENGKALIS-Pengurus Provinsi Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (Pengprov IKASI) Ria.
Diikuti 178 Peserta, Wabup Bengkalis Buka Bulutangkis Bhayangkara Open 2022
BENGKALIS– Sebanyak 178 peserta ikut memeriahkan Turnamen Bulutangkis Bhay.