Merasa Sebatang Kara, Ignatius Ryan Tumiwa Ingin Suntik Mati.

Ignatius Ryan Tumiwa.
JAKARTA, Beritaklik.Com - Ignatius Ryan Tumiwa (48) namanya. Anak bungsu dari empat
bersaudara ini baru saja membuat heboh dengan mengajukan permohonan uji materi
kepada Mahkamah Konstitusi (MK) untuk merevisi Pasal 344 KUHP tentang eutanasia
atau upaya untuk mengakhiri hidup seseorang dengan tenang.
Pria kurus itu memakai baju tanpa lengan serta celana hitam lusuh saat ditemui
di rumahnya di Jalan Taman Sari X RT 8 RW 03, Kelurahan Tamansari, Kecamatan
Tamansari, Jakarta Barat. Ia mengaku sudah sejak Mei 2014 mengajukan tuntutan itu.
"Awalnya saya pergi ke Komnas HAM, terus ditolak. Saya pergi ke Depkes
ditolak juga dan disuruh ke Mahkamah Konstitusi. Di MK saya disuruh pergi ke
psikiater," ujar sarjana strata satu Jurusan Administrasi dari Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi di Jalan Kramat Raya kepada Warta
Kota, Senin (4/8/2014).
Menurut dia, awal ide untuk suntik mati itu tak terlintas dalam pikirannya. Ia
hanya ingin bertanya kepada Komnas HAM terkait dengan tunjangan untuk para jobless seperti dirinya. Hanya
saja, ketika berkunjung ke Komnas HAM, dirinya mendapat larangan karena
dianggap salah konfirmasi.
"Komnas HAM bilang yang diurusinya pelanggaran hak asasi bukan masalah
pemberian tunjangan," ungkap pria lulusan Program Pascasarjana Universitas
Indonesia Jurusan Administrasi pada tahun 1998 itu.
Dirinya ke Komnas HAM untuk mempertanyakan Pasal 34 UUD 1945 tentang fakir
miskin dan anak terlantar dipelihara negara. "Saya bertanya kepada Komnas,
soalnya saya kan fakir miskin. Tetapi, jawaban mereka fakir miskin itu
tunawisma (gelandangan), bukan seperti saya," tuturnya.
Lantas, karena frustrasi dari Komnas HAM, kemudian terlintas ide untuk suntik
mati. "Karena tak ditanggapi, muncul ide untuk ke Departemen Kesehatan
minta disuntik mati, tetapi kembali dilarang karena di Indonesia tak ada hukum
yang mengatur. Kemudian mereka menyuruh saya ke MK untuk melakukan revisi agar
rencana saya bisa berjalan," ungkap pria yang mengaku pernah bekerja di
perusahaan audit itu.
Saat ini, dirinya lebih memperjuangkan suntik mati bukan lagi tunjangan bagi
penganggur. Sebab, ia mengaku bahwa sejak ditinggal ayahnya yang bernama Thu
Indra (88) pada 2012, ia merasa depresi serta stres berat. Ditambah lagi,
dirinya diberhentikan dari tempatnya bekerja.
"Mau gimana lagi, saya sudah hidup
sendirian. Ayah serta ibu saya sudah meninggal. Kakak saya sudah punya keluarga
sendiri, sudah jarang ke mari. Makanya, lebih baik saya mati saja," kata
pria yang bercita-cita pergi ke Planet Mars itu. Sumber : kompas.com (Bki)