Sisi Lain Hugo Chavez: Ngopi 40 Cangkir Sehari.
Hugo Chavez (ist)
VENEZUELA.Rakyat Venezuela berkabung selama tujuh hari. Negara itu baru saja kehilangan Presiden Hugo Chavez, sang bintang di hati rakyat. Chavez satu-satunya pemimpin yang paling berhasil membawa faham sosialis kembali di abad 21 ini.
Hugo Rafael Chavez Frias berpulang pada usia 58 tahun—merupakan sosok pemimpin
yang memiliki pengaruh kuat di mata rakyat dan panggung internasional. Chavez
sukses menekan angka kemiskinan di Venezuela, meski angka kekerasan sipil belum
tuntas.
Terlepas dari gelombang protes sebagian rakyat
Venezuela untuk menggulingkan Presiden, banyak alasan mengapa warga dunia
begitu tertarik kepada Chavez. Dirangkum dari lamanBloomberg, CNN, dan BBC, Rabu (6/3),
Chavez merupakan komandan yang juga pribadi dengan beragam keunikan.
Dan ternyata, Chavez merupakan seorang pecandu
kopi. Dia mampu meneguk kopi hitam 40 cangkir sehari tanpa absen. Tak pernah
dia melewatkan waktu “ngopi” selama tugas kenegaraan sekalipun.
Kebiasaan inilah yang diduga memicu Chavez
terserang penyakit kanker disertai benjolan sebesar bola tenis di panggulnya.
Menurut dokter anonim di Ibu Kota Havana, Kuba, meminum kopi berlebihan tanpa
disertai air putih akan sangat buruk bagi kesehatan. Takaran normal
mengkonsumsi kopi 600-900 mg atau dua cangkir per hari.
Chavez juga seorang yang pandai berkelakar.
Menurut Bloomberg, Presiden
Venezuela ini adalah salah satu pemimpin dunia yang paling dinantikan pidatonya
di Majelis Umum PBB, selain Presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad, dan pemimpin
Kuba Fidel Castro.
Media internasional menyebut Chavez selebritas di
mimbar PBB karena pidato-pidatonya yang sensasional. Umpamanya 2006 lalu,
Chavez mengatakan dia masih mencium “aroma setan” dan “belerang” di podium,
kemudian dia berdoa seraya membentuk tanda salib memohon perlindungan Tuhan.
Sontak hadirin majelis pun tertawa. Diketahui, sehari sebelumnya, Presiden
Amerika Serikat kala itu, George Walker Bush, berbicara di podium yang sama.
Chavez juga dikenal seorang penggelisah yang
selalu mengkritik tajam kebijakan Amerika Serikat saat rezim Bush, terutama
soal agresi militer ke Irak pada 2003. Namun, Chavez memuji dan menyebut
Presiden Barack Obama sebagai pembawa angin harapan bagi dunia.
Chavez berpulang di Caracas, Selasa (5/3) petang
waktu setempat akibat kanker. Berita kepergian pemimpin flamboyan itu diumumkan
oleh Wakil Presiden Nicolas Maduro. Kematiannya mengakhiri kekuasaannya selama
14 tahun di negara kaya minyak di kawasan Amerika Latin tersebut.
Sejumlah pemimpin negara mengucapkan bela
sungkawa. “Di saat Venezuela memulai bab baru bagi sejarahnya, Amerika Serikat
tetap berkomitmen pada kebijakan yang mendukung prinsip-prinsip demokrasi,
penegakan hukum, dan penghormatan hak asasi manusia,” ungkap Obama.
Presiden Brasil, Dilma Rousseff, yang juga pernah
menderita kanker, mengheningkan cipta satu menit dalam Kongres Nasional Pekerja
Perdesaan ke-11 di Brasilia, untuk Chavez. Dalam pernyataannya, Rousseff mengungkapkan
bahwa Chavez adalah pemimpin yang hebat.
“Hari ini, orang Amerika Latin yang hebat
meninggal. Di banyak kesempatan, pemerintah Brasil sering tidak sepakat dengan
Chavez, tetapi hari ini, seperti sebelumnya, kami menganggapnya sebagai
pemimpin, sungguh sebuah kehilangan yang tiada gantinya, seorang teman bagi
Brasil,” ucapnya.
Duka juga mendera Kolombia. Presiden Juan Manuel
Santos mengatakan Chavez berjasa bagi perdamaian di negaranya. “Penghargaan
terbesar kami untuk mengenang Hugo Chavez adalah mewujudkan mimpi yang dia bagi
pada kami untuk mencapai kesepakatan penghentian konflik dan perdamaian di
Kolombia,” kata Santos.
Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague, turut
menyampaikan duka cita. Inggris, katanya, turut bersedih atas kematian Hugo
Chavez. “Sebagai Presiden Venezuela selama 14 tahun, dia telah meninggalkan
kesan mendalam di negaranya dan di seluruh dunia. Saya ingin menyampaikan
belasungkawa pada keluarganya dan rakyat Venezuela,” ujar Hague.
Bahkan, Presiden Cile, Sebastian Pinera, yang
pernah berseteru lantaran berseberangan pandangan politik dengan Chavez,
menyampaikan salam penghormatan untuk pemimpin Venezuela itu. Dia menyebut
Chavez seorang yang teguh dalam ideologi kerakyatan.
“Ketika penyakitnya memburuk dan dia harus kembali
ke Kuba, saya telepon dia dan saya ingat dia berkata pada saya, bahwa dia akan
menghadapi kematian dan ingin mati di negaranya, Venezuela yang dia cintai,”
tutur Pinera.
Trivia Hugo Chavez
-Konflik dengan vatikan. Hugo Chavez pernah
berperang dingin dengan pemangku Takhta Suci Katolik Vatikan karena menganut
faham sosialis garis keras.
-Takut mati. Selama dirawat di sebuah rumah sakit
di Havana, Kuba, Chavez dikabarkan takut menghadapi kematian. Bukan tidak siap
bertemu Tuhan, tetapi menurutnya masih banyak yang harus dia lakukan untuk
negaranya.
-Sosok religius. Dalam kondisi terbaring, Chavez
sering ikut berdoa bersama keluarga dan rakyat Venezuela. Tak jarang air mata
pemimpin penganut Katolik Roma itu meleleh.
-“I’m convinced
that the way to build a new and better world is not capitalism. Capitalism
leads us straight to hell.” Kalimat ikonik Chavez yang selalu dia
dengungkan.
-“Berikan aku mahkota duriMu, Tuhan, sehingga aku
terluka. Berikan aku seratus salibMu dan aku akan membawanya untukMu, tetapi
jangan ambil nyawaku, karena aku masih ingin melakukan berbagai hal untuk
rakyat dan negaraku. Jangan dulu ambil nyawaku.” Kalimat ini diucapkan Chavez
pada 5 April 2012 dalam sebuah misa yang diadakan untuk pengobatan penyakit
kanker yang dideritanya.(bk.1/in)
BERITA LAINNYA +INDEKS
Wakil Ketua DPRD Bengkalis Hadiri Acara Bantuan 4 Negara
BENGKALIS-Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bengkalis, Sofyan, S.Pd.I., M.Si menghadiri acara silaturahm.
TULIS KOMENTAR +INDEKS