Bisnis Penginapan, Pengoperasian Homestay Jadi Alternatif Di Sumbar
Ilustrasi.
PADANG,
Beritaklik.Com - Dalam upaya
pembenahan infrastruktur penginapan untuk pengembangan kawasan wisata, sejumlah
daerah di Sumatra Barat memilih prioritaskan homestay.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten
Pesisir Selatan Gunawan menuturkan, investasi sektor perhotelan memakan biaya
mahal serta tidak melibatkan masyarakat secara masal dalam pengelolaan kawasan
wisata.
Akibatnya, hanya segelintir orang yang
menikmati kue pariwisata, sehingga tidak akan berdampak terhadap kesejahteraan
masyarakat.
"Investasi perhotelan perlu, tetapi
kami lebih mendorong masyarakat membangun homestay. Selain berbiaya murah, juga
keuntungannya langsung didapatkan masyarakat," katanya kepada Bisnis, Rabu
(7/10/2015).
Dia menyebutkan, saat ini pemda
setempat mendorong masyarakat yang tinggal di kawasan wisata seperti Pantai
Carocok, Kawasan Mandeh dan Sungai Nyalo menyediakan homestay bagi wisatawan.
Keberadaan homestay juga diyakininya
membuat masyarakat lebih ramah terhadap wisatawan karena masyarakat pemilik
homestay akan terlibat langsung melayani wisatawan.
Gunawan mengatakan, pemda setempat
memberikan kemudahan pengurusan izin, yakni hanya berupa surat rekomentasi dari
dinas pariwisata tanpa pungutan.
Sedangkan IMB yang digunakan hanya
berupa izin bangunan rumah biasa. "Kalau bangun hotel dan penginapan kan susah,
biayanya mahal. Homestay tidak, cukup surat rekomendasi dari dinas pariwisata,
tanpa dipungut biaya," ujarnya.
Dia mengungkapkan, saat ini sudah
berdiri 16 homestay di kawasan Pantai Carocok dan tujuh di Kawasan Wisata
Mandeh.
Dia berharap jumlah itu akan semakin
banyak seiring tingginya tingkat kunjungan wisatawan ke Pesisir Selatan yang
melebihi satu juta orang tahun lalu.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Solok Selatan Doni Hendra menyebutkan, daerahnya
memprioritaskan pembangunan hotel di objek-objek wisata.
"Kami prioritaskan pariwisata berbasis
budaya dan kearifan lokal. Homestay lebih cocok untuk mendukung pengembangan
pariwisata daerah (Solok Selatan)," sebutnya.
Dia menuturkan, Solok Selatan memiliki
kawasan "seribu rumah gadang" yakni perkampungan dengan rumah-rumah penduduk
yang masih asli menggunakan rumah gadang.
"Jumlahnya sekitar 500 rumah, kami
minta warga tetap menjaga dan beberapa dikembangkan menjadi homestay," katanya.
Menurutnya, rumah-rumah tua dengan
desain rumah adat minangkabau tersebut adalah kekayaan budaya setempat sehingga
perlu dirawat dan dikembangkan sebagai bagian dari pengembangan sektor
pariwisata.
Doni menargetkan dalam waktu dekat
berdiri puluhan homestay di daerah itu sehingga tidak diperlukan investasi
perhotelan dalam jumlah besar.
"Seperti acara Tour de Singkarak
misalnya, ke depan wisatawan yang datang bisa menginap di homestay," ujarnya.
Adapun sejumlah daerah yang sudah
mengembangkan penginapan berbasis homestay di Sumatra Barat adalah Sawahlunto,
Bukittinggi dan Maninjau. (Bki)